Monday, December 31, 2007

2008, Berdiri di Atas Karpet Kasus Lama


SULTANI

Di tengah sejumlah optimisme terhadap kehidupan pribadi yang diyakini makin baik pada tahun 2008, kehidupan bernegara dirasakan sebaliknya. Kemampuan penyelenggara negara menangani masalah-masalah bangsa dirasakan tak meyakinkan, terlebih dalam menuntaskan sejumlah kasus besar yang mengganjal.

Ekonomi adalah hal utama yang menunjang kehidupan rakyat. Jadi, ekonomilah yang harus diprioritaskan untuk diperbaiki. Kalau ekonomi sudah bagus, masalah lain pasti bisa diatasi,” ungkap Yuli (35), karyawan swasta dari Surabaya yang menjadi responden jajak pendapat Litbang Kompas.

Boleh jadi, ungkapan Yuli itu merefleksikan harapan sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap kebijakan pemerintah tahun 2008. Harapan itu pula yang terungkap dalam jajak pendapat kali ini yang secara khusus menyoroti harapan publik terhadap pemerintah pada 2008.

Masyarakat berharap tahun depan pemerintah lebih memfokuskan pekerjaan kepada perbaikan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial.

Dari 827 responden yang terjaring, 33,8 persen menempatkan masalah ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sebagai program terpenting yang harus segera ditingkatkan pada tahun depan. Pasalnya, sejak berkuasa, publik masih merasakan adanya kemandekan program pemerintah dalam bidang ekonomi.

Sejalan dengan pembenahan ekonomi, pemerintah juga diingatkan untuk mengurangi angka kemiskinan dan membuka lapangan kerja baru. Kedua persoalan itu adalah soal klasik yang selalu dikeluhkan masyarakat dari tahun ke tahun.

Sebanyak 8,8 persen responden menyatakan agar pemerintah tidak sekadar berwacana soal pemberantasan kemiskinan. Begitu juga dengan pengurangan angka pengangguran, 8,6 persen responden mengharapkan agar tahun 2008 pemerintah bisa segera menciptakan lapangan kerja baru untuk menampung jumlah angkatan kerja yang kian bertambah.

Di luar persoalan sehari-hari, publik juga menganggap penting program penanganan bencana alam dan pembenahan infrastruktur. Hingga saat ini pemerintah belum memiliki strategi atau program nyata untuk menangani korban bencana alam. Padahal, bencana alam, seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, dan banjir, sudah menjadi ”ritual” yang saban tahun mampir di negeri ini.

Karena itu, wajar saja kalau 11 persen responden mengharapkan agar tahun 2008 pemerintah lebih serius memikirkan program yang terkait dengan penanganan bencana alam.

Masalah lain yang juga dianggap penting oleh responden adalah penanganan korupsi dan penegakan hukum. Penanganan kasus-kasus KKN, seperti dana BLBI dan aliran dana BI ke DPR yang belum selesai, menjadi pekerjaan rumah pemerintah pada tahun 2008. Separuh bagian responden masih menyangsikan keseriusan pemerintah untuk menangani perkara-perkara korupsi tersebut pada 2008.

Begitu juga perkara pembunuhan Munir yang pengusutannya sudah berjalan tiga tahun. Kendati proses hukumnya sedang berjalan, tampaknya perkara ini tidak akan tuntas dalam waktu dekat. Karena itu, 67,2 persen responden tidak begitu yakin perkara pembunuhan Munir bisa diselesaikan pada 2008.

Perkara lain yang diperkirakan akan masih mengambang hingga lewat tahun 2008 adalah penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, seperti Tragedi Trisakti, Semanggi, dan Kerusuhan Mei. Setidaknya, 57,8 persen responden mengungkapkan pesimisme mereka.

Kehidupan pribadi membaik

Secara umum, responden menilai kondisi kehidupan mereka akan lebih baik pada tahun 2008. Dalam hal ekonomi keluarga, 45,2 persen responden optimistis pendapatan mereka bisa lebih baik pada 2008. Sebaliknya, hanya 13,1 persen responden yang mengaku pendapatan mereka akan semakin buruk pada tahun depan.

Menurut pengamat ekonomi Faisal Basri, secara umum kondisi ekonomi Indonesia tahun ini memang bagus, bahkan lebih bagus dari tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi tahun depan pun diperkirakan membaik.

”Masalahnya, pola pertumbuhannya hanya dinikmati kalangan menengah ke atas. Indikatornya, pendapatan buruh tani, buruh bangunan, pekerja salon, dan pekerja sektor informal lainnya jeblok,” kata Faisal ketika dihubungi lewat telepon.

Karena itu, wajar kalau hampir separuh bagian responden jajak pendapat ini merasa yakin bahwa pada tahun 2008 tidak saja pendapatan mereka membaik, tetapi juga daya beli mereka.

Hampir separuh bagian (44 persen) responden yakin daya beli mereka akan tetap baik pada 2008, bahkan sepertiga bagian (30,4 persen) responden optimistis akan lebih baik dari 2007.

Dengan pendapatan yang diperkirakan lebih baik, mereka percaya kebutuhan-kebutuhan lain, seperti perawatan kesehatan, rekreasi, dan meningkatkan pendidikan mereka, akan meningkat di tahun mendatang.

Kinerja lembaga stagnan

Hasil jajak pendapat ini juga mengungkapkan pesimisme responden terhadap kinerja beberapa lembaga negara pada tahun depan.

Dewan Perwakilan Rakyat dan kabinet pemerintahan merupakan dua institusi yang penilaian ”semakin buruk”-nya paling tinggi dibandingkan dengan lembaga lain.

Mereka yang menilai kinerja kabinet akan semakin buruk berjumlah 18,4 persen dan menilai DPR akan kian terpuruk 21,4 persen. Dibandingkan dengan penilaian terhadap TNI yang rapor ”semakin buruk”-nya hanya dilontarkan oleh 6,4 persen responden, kerisauan terhadap kedua lembaga tersebut memang terasa jauh lebih tinggi.

TNI memang menjadi lembaga yang dinilai akan terus membaik tahun depan. Penilaian akan ”semakin baik” disampaikan oleh 41,5 persen responden, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian terhadap DPR, Kejaksaan Agung, ataupun Mahkamah Agung.

Adapun penilaian terhadap komisi-komisi yang baru menjalani pemilihan anggota baru dan membentuk kepengurusan pada tahun ini, yaitu Komnas HAM, KPU, dan KPK, hanya sepertiga bagian responden yang menaruh kepercayaan bahwa lembaga tersebut bisa melakukan tugas mereka dengan baik pada tahun depan.

Jika kinerja mereka tidak bisa lebih baik dari sebelumnya, kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga tersebut sulit terdongkrak. Bisa-bisa, kita melewati tahun depannya lagi dengan tetap berdiri di atas karpet kasus lama. (LITBANG KOMPAS)

Metode Jajak Pendapat

Pengumpulan pendapat melalui telepon ini diselenggarakan Litbang Kompas 27-28 Desember 2007. Sebanyak 827 responden berusia minimal 17 tahun dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis dari buku telepon terbaru. Responden berdomisili di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Jayapura. Jumlah responden di setiap kota ditentukan secara proporsional. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, nirpencuplikan penelitian ± 3,4 persen. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi. Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat di negeri ini.

No comments:

A r s i p