Saturday, December 22, 2007

Nilai "Ambang Batas" Sebuah Keniscayaan


Parpol yang Hanya Menjual Agama Akan Dijauhi Rakyat


Jakarta, Kompas - Penilaian mayoritas rakyat bahwa partai politik di Indonesia terlalu banyak jumlahnya sebenarnya bukan hal baru dan mengejutkan. Proses seleksi harus dilakukan dan penerapan ambang batas (threshold) merupakan keniscayaan.

Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Rabu (19/12), mengingatkan bahwa upaya penyederhanaan sistem kepartaian itu mestilah berjalan secara alamiah dan tanpa paksaan.

Hak untuk mendirikan parpol tidak perlu dibebani dengan syarat yang berat, tetapi lain halnya dengan persyaratan menjadi peserta pemilu. "Instrumen ambang batas (electoral atau parliamentary threshold) merupakan keniscayaan," katanya.

Soal berapa besar ambang batas itu, Lukman menyatakan bahwa besaran 3 persen sudah merupakan hasil kesepakatan menjelang Pemilu 2004 dan bisa saja nilainya dinaikkan untuk pemilu mendatang. "Prinsipnya, mereka yang duduk di parlemen mesti punya cukup konstituen," sebut Lukman.

Dia menanggapi hasil survei nasional Indo Barometer yang menyatakan mayoritas rakyat Indonesia menilai jumlah partai politik di Indonesia saat ini sudah terlalu banyak. Separuh responden menilai jumlah ideal parpol maksimal hanya lima parpol.

"Tanpa survei pun, penilaian kita seperti itu," ujar Lukman.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Ali Masykur Musa menyebutkan, parpol yang rasional, mekanis, populis, dan berprogram akan mendapat kepercayaan rakyat. Menurunnya perolehan suara parpol Islam pada pemilu terjadi karena mulai rasionalnya perilaku pemilih. "Parpol yang hanya menjual agama dan ideologinya akan cenderung dijauhi rakyat," katanya.

Selain itu, faktanya konfigurasi Indonesia merupakan bangsa yang plural sehingga parpol berbasis nasionalis lebih diminati. Belum lagi parpol berbasis Islam jumlahnya banyak dan kerap terbelit konflik.

Jumlah ideal

Secara terpisah, dosen Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Cornelis Lay, memperkirakan, jumlah ideal partai politik di Indonesia baru akan didapat pada Pemilu 2014. Selain kesadaran politik masyarakat makin meningkat, pada saat itu orang yang mau menginvestasikan dananya untuk parpol juga akan makin berkurang.

"Jika dilihat dari pemilahan ideologis, seperti Islam dan nasionalis, parpol di Indonesia idealnya memang 5-7 buah," kata Cornelis, Kamis petang.

Jika melihat sejumlah survei yang menyatakan gabungan perolehan Golkar, PDI-P, dan Partai Demokrat sudah sekitar 60 persen, jumlah ideal parpol memang tidak lebih dari 10 buah. Sebab, 40 persen suara yang tersisa akan hampir habis diperebutkan PKB, PKS, PAN, dan PPP.

Menurut Cornelis, setidaknya ada dua hal yang membuat orang masih semangat membuat parpol. Pertama karena adanya kekecewaan kepada parpol lama. Kedua karena adanya orang dengan sumber dana besar yang merasa perlu punya parpol untuk menjamin kepentingannya. (dik/nwo)

No comments:

A r s i p