Wednesday, December 19, 2007

Demokrasi Model Rusia



Rusia, dari dulu hingga kini, selalu diselimuti rahasia. Gelombang demokratisasi tak mampu membongkar tembok kerahasiaan.

Selama beberapa bulan terakhir, siapa yang akan menggantikan posisi Vladimir Putin sebagai presiden Rusia menjadi teka-teki dan dipertanyakan. Hal itu terjadi karena semuanya serba tertutup dan sepenuhnya tergantung Kremlin. Tergantung Putin: kepada siapa ia akan menyerahkan kekuasaan kepresidenan itu.

Padahal, Konstitusi 1993, Bab IV tentang Presiden Federasi Rusia, Pasal 81 Ayat 1, secara tegas menyatakan "Presiden Federasi Rusia akan dipilih untuk masa jabatan empat tahun oleh warga negara Federasi Rusia lewat pemilihan umum, rahasia, langsung, dan sama". Tetapi, dalam praktiknya, tergantung Kremlin.

Delapan tahun silam, praktik semacam itu sudah dilakukan Boris Yeltsin. Beberapa kali ia menominasikan sejumlah nama, tetapi pada akhirnya ia memilih Vladimir Putin, seorang mantan agen KGB asal St Petersburg. Padahal, Konstitusi 1993 sering disebut sebagai "Konstitusi Yeltsin" karena pada zaman dia konstitusi itu disusun dan disahkan lewat referendum.

Menjadi menarik memang bahwa "penentuan" siapa presiden mendatang Rusia ditentukan sendiri oleh Putin (dulu oleh Yeltsin). Sebab, dalam Bab IV, Pasal 81 Ayat 4, secara jelas dinyatakan, "Prosedur pemilihan Presiden Federasi Rusia akan ditentukan oleh hukum federal".

Teka-teka itu terjawab ketika Putin menominasikan Dmitry Medvedev (42) sebagai calon penggantinya. Mengingat praktik di zaman Yeltsin, dengan dukungan Kremlin, deputi perdana menteri itu pasti menjadi pre- siden ketiga Rusia sejak berakhir era komunisme, 1991.

Pemilihan Medvedev sebenarnyalah lebih dalam usaha menjamin tetap berlanjutnya kekuasaan Putin, yang pekan lalu partainya, Partai Rusia Bersatu, memenangi pemilihan parlemen. Medvedev adalah teman lama Putin di St Petersburg yang kemudian dibawa ke Moskwa, lalu menjadi ketua dewan perusahaan minyak Gazprom.

Yang lebih penting bagi Putin adalah Medvedev yang loyal kepadanya itu bukan anggota siloviki, agen rahasia yang kini mendominasi Kremlin. Dengan tidak memiliki latar belakang keamanan itu, ia tidak akan membahayakan anggota siloviki yang lain, termasuk Putin. Dan, Putin masih tetap bisa memengaruhinya, apalagi kalau nanti ia menjadi perdana menteri.

Akan tetapi, bisa jadi nanti akan muncul dua kekuatan: Putin (perdana menteri) dan Medvedev (presiden) yang akan memengaruhi masa depan Rusia. Itulah demokrasi Rusia yang semuanya bergantung pada suara Kremlin, bukan suara rakyat seperti diamanatkan konstitusi.

No comments:

A r s i p