Saturday, December 22, 2007

Parpol Baru Mesti Kerja Keras


Mesti Punya Daya Tarik Lebih


Jakarta, Kompas - Partai politik baru mesti bekerja keras untuk meraih suara signifikan dalam pemilihan umum mendatang. Parpol baru mesti menghadapi banyak "musuh", mulai dari posisi yang kurang dikenal masyarakat, posisi parpol lain yang sudah lahir dan besar lebih dulu, sampai publik yang skeptis terhadap kinerja parpol yang terutama berimbas pada parpol baru.

Penilaian itu disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari di Jakarta, Jumat (21/12) siang.

Hasil survei nasional Indo Barometer, Desember 2007, yang dilansir awal pekan ini menunjukkan, tingkat pengenalan masyarakat atas parpol baru masih rendah. Hanya parpol lama, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Golkar yang tingkat pengenalannya di atas 97 persen.

Sementara tingkat pengenalan parpol baru masih di bawah 50 persen. Sebagai contoh, tingkat pengenalan Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) baru 35,8 persen, Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) 35,5 persen, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 34,5 persen.

Menurut Qodari, parpol baru kurang dikenal karena kurangnya sosialisasi. Untuk sekadar sampai tingkat dikenal saja, parpol baru masih kesulitan untuk mengenalkan diri kepada rakyat pemilih yang jumlahnya mencapai 150 juta dengan sebaran wilayah seperti Indonesia.

Bagi Qodari, parpol mutlak memiliki daya tarik untuk dipilih rakyat. Daya tarik pertama adalah tokoh parpol karena hanya tokoh kaliber calon presiden "kelas berat" yang punya daya tarik kuat. Parpol juga mesti punya program dan citra yang baik, misal citra antikorupsi, mampu mengatasi masalah ekonomi, ataupun pembela rakyat. "Membangun image ini perlu waktu," sebut Qodari.

Sementara itu, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lili Romli, secara terpisah menyebutkan, faktor lain yang mesti diperhitungkan adalah penilaian bahwa parpol baru tidak ada bedanya dengan parpol yang sudah ada. Tawaran parpol baru dinilai belum mampu menarik perhatian rakyat. Dengan kondisi itu, peluang untuk meraih suara signifikan atau bahkan memenangi pemilu pun relatif kecil.

Menurut Lili, parpol baru mesti berani membuat terobosan program untuk membuat rakyat tertarik dan mendukungnya dalam pemilu. Sosialisasi dan kerja politik yang masif harus digalakkan, juga upaya membangun kepemimpinan yang populis. "Suka atau tidak, faktor figur pemimpin partai di Indonesia masih menjadi salah faktor determinan," sebut Lili. (dik)

No comments:

A r s i p