Monday, December 10, 2007

Kejujuran dari Desa Sirnagalih

Dalam pidato awal tahun 2007 yang disampaikan kepada rakyat melalui jaringan TVRI, 31 Januari 2007, Presiden Yudhoyono memaparkan arah kebijakan dan apa saja yang menjadi fokus sasarannya sepanjang tahun ketiga pemerintahan.

Secara singkat, arah kebijakan itu dipadatkan menjadi kebijakan prorakyat. Kebijakan prorakyat merangkum semua keinginan Presiden Yudhoyono membawa perubahan seperti dijanjikan. Dengan program prorakyat, Presiden ingin menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengurangi jumlah rakyat miskin.

Tahun 2008 tinggal menghitung hari. Untuk melihat hasil kerja aparat dalam melaksanakan garis besar kebijakan program prorakyat, Presiden Yudhoyono berhenti sejenak dalam perjalanan pulang dari Cibadak ke Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Ia berhenti di Kantor Desa Sirnagalih, Bogor.

Di hadapan Presiden telah duduk puluhan buruh tani yang umumnya perempuan. Mereka masih membawa peralatan dari sawah, seperti caping dan cangkul. Presiden yang didampingi Ny Ani Yudhoyono dan Menko Kesra Aburizal Bakrie duduk di kursi yang sudah luntur catnya.

Di kantor yang berdebu kaca dan langit-langitnya itu, Presiden berdialog dengan rakyat. Tidak banyak tema diangkat dalam dialog mendadak sekitar 30 menit itu. Presiden hanya mengecek bagaimana rakyat kebanyakan merasakan kebijakan prorakyat yang didanai triliunan rupiah dengan APBN itu.

Meskipun tidak banyak tema diangkat dalam dialog, Presiden tampak banyak kecewa mendengar apa yang disampaikan warga. Kebijakan prorakyat yang difokuskannya sejak awal tahun 2007 tak menyentuh rakyat. Tiga pertanyaan pokok Presiden kepada rakyatnya adalah soal pelayanan kesehatan, pendidikan murah dan gratis, dan revitalisasi pertanian.

Untuk tiga pokok pertanyaan itu, rakyat yang pada awalnya malu-malu setengah takut berani bersuara setelah diminta berterus terang. Ditanya apakah mendapat layanan asuransi kesehatan bagi keluarga miskin (askeskin), rakyat menjawab tidak. Apakah mendapat pelayanan pendidikan murah atau bahkan gratis, rakyat menjawab tidak. Apakah mendapat harga jual gabah yang baik, rakyat lagi-lagi menjawab tidak.

Untuk memastikan kebenaran jawaban itu, Presiden sampai beberapa kali bertanya. Beberapa aparat kelurahan yang menggunakan seragam krem mulai panik dan celingukan. Saat pertanyaan kesekian disampaikan, aparat berbisik-bisik kepada warga agar menjawab positif saat ditanya Presiden.

Karena ragu dengan jawaban yang berbeda-beda, Presiden mencari kepastian dari Kepala Desa Sirnagalih Noerkasih. Dari Noerkasih, penjelasan lebih runtut diberikan. Untuk beberapa penjelasan yang tidak sesuai dengan yang dirasakan rakyat, rakyat tanpa ragu membantah beramai-ramai. Program Askeskin, misalnya, tak satu rakyat pun mendapat pelayanan kesehatan gratis.

Presiden menarik napas dan menoleh ke kiri dan ke kanan mencari Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Karena tidak ditemukan, Presiden memerintahkan Aburizal untuk mengecek pelaksanaan Askeskin. Presiden terlihat kecewa, satu tahun dicanangkan, hasilnya tak seperti diharapkan.

Meskipun kecewa dengan kenyataan yang didapatkan, Presiden tetap bersyukur karena salah satu janjinya membuat Indonesia lebih aman dari masa-masa sebelumnya sungguh terasakan. Saat bertanya kepada warga Sirnagalih, tak ada seorang pun yang membantah soal makin amannya keadaan.

Ketulusan rakyat

Seusai kunjungan mendadak yang membukakan mata itu, Presiden menggelar jumpa pers di pendapa kediaman Puri Cikeas, Bogor.

Presiden menegaskan, kebijakan dasar pemerintah yang ingin membuat pelayanan kesehatan dan pendidikan menjadi murah, berkualitas, dan bahkan gratis.

"Pungutan-pungutan daerah kepada rakyat kecil dengan retribusi tentu bukan kebijakan dasar kita," ujar Presiden.

Adanya kesenjangan antara kebijakan dan pelaksanaan di lapangan sungguh disadari oleh Presiden. Karena itu, sejak awal tahun, Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program dan Reformasi (UKP3R) yang dipimpin Marsillam Simandjuntak diminta secara khusus memantau program prorakyat.

Toh, di beberapa daerah lain yang dikunjunginya, kenyataan berbeda didapatkan. Kebijakan pusat yang prorakyat nyata terimplementasi di sana.

Misalnya saat kunjungan ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sana program prorakyat tampak berjalan. Presiden terlihat senang mendapati kenyataan itu. (Wisnu Nugroho)

No comments:

A r s i p