Monday, December 31, 2007

Gus Dur: Orientasi Tidak Jelas


Soetrisno Bachir: Tak Punya Visi

Jakarta, Kompas - Pemerintah dinilai tidak memiliki orientasi dan arah pembangunan yang jelas. Akibatnya, angka pengangguran meninggi, kemiskinan merajalela, utang negara semakin bertambah, dan diperparah pula dengan maraknya tindak kekerasan.

Pernyataan itu disampaikan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat berbicara dalam ceramah catatan akhir tahunnya, yang diadakan Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) di Hotel Santika, Jakarta, Minggu (30/12).

Hadir Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar beserta jajarannya, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir, Agum Gumelar, rohaniwan Franz Magnis Suseno, Pendeta Nathan Setiabudi, Ketua Komisi Yudisial M Busyro Muqoddas, anggota Partnership for Government Reform in Indonesia HS Dillon, Wimar Witoelar, dan Mohamad Sobary yang memandu acara.

Kekerasan itu, kata Gus Dur, terutama yang mengatasnamakan agama, oleh sebagian kelompok tertentu, sementara pemerintah tidak menunjukkan ketegasannya untuk mencegahnya.

Menurut Gus Dur, pembangunan ekonomi yang menekankan pada aspek pertumbuhan, tanpa mempertimbangkan aspek pemerataan, terbukti hanya memakmurkan segelintir orang. "Pembangunan Indonesia hanya ditujukan bagi golongan elite saja, akhirnya yang kaya makin kaya sedangkan yang melarat makin tertinggal," katanya.

Dillon menyatakan pembangunan di Indonesia sama dengan proses pemiskinan rakyat. Ia mencontohkan, tahun 2005 Bank Rakyat Indonesia berhasil menyedot dana Rp 26 triliun dari rakyat, tetapi hanya sekitar Rp 9 triliun yang dikembalikan kepada masyarakat, itu pun bukan kepada sebagian besar rakyat Indonesia yang berprofesi sebagai petani, melainkan kepada pengusaha mampu.

Soetrisno Bachir menyatakan pemerintahan sekarang tidak punya visi bersama dalam membangun bangsa. "Presiden dan Wakil Presiden visinya beda. Presiden bicara A, besok Wapres bicaranya B," katanya.

Meski begitu, ia menyatakan tidak perlu sekarang menyalahkan pemerintah. "Nanti kita lihat saja dalam Pemilu 2009."

Agum Gumelar berpendapat yang dibutuhkan sekarang adalah pemimpin yang punya kemampuan memimpin, tidak ambivalen, berani tidak populer, tegas sesuai koridor hukum, dan kepemimpinan yang tidak menoleransi kesalahan yang terjadi di masyarakat.

"Sekarang kita lihat saja apakah semua itu ada di kedua (pemimpin) sekarang? Kalau belum ada, ya kita cari lagi. Saya sepakat dengan Gus Dur kalau arah atau orientasi pembangunan sekarang ini harus diperbaiki," kata Agum. (DWA/A09/MAM)

No comments:

A r s i p