Wednesday, January 9, 2008

ANALISIS POLITIK



Renungan Politik Awal Tahun

J KRISTIADI


"... ratusan warga sejumlah desa di Kenya dilaporkan telah mengungsi ke Uganda, pekan lalu, dengan cerita-cerita yang memilukan, tentang pembunuhan, pemerkosaan di desa-desa mereka, sejak terjadinya sengketa hasil pemilu." (Kompas, 5 Januari 2008)

Kutipan di atas hanya sekelumit pengalaman tragis penyelenggaraan pemilu sebagai bagian dari proses demokratisasi. Tragedi yang memilukan itu banyak terjadi di negara-negara lain, terutama jika pemilu sekadar dijadikan sarana memperoleh kekuasaan dengan menyalahgunakan ikatan komunal-primordial, seperti suku, agama, ras, dan golongan.

Bangsa Indonesia juga pernah mengalami peristiwa menyedihkan semacam itu menjelang Pemilu 1997, berupa serangkaian kerusuhan sosial yang mengakibatkan ratusan orang tewas. Pelajaran yang sangat penting dari pengalaman tersebut bahwa bujukan dan daya pikat kekuasaan mempunyai daya hancur yang luar biasa.

Bangsa ini harus berbangga karena telah berhasil melaksanakan pemilu yang relatif demokratis, damai, dan adil, baik pada tingkat nasional maupun lokal. Namun, kebanggaan itu tidak boleh membuat terlena mengingat praktik berdemokrasi selama lebih kurang 10 tahun baru menghasilkan kebebasan, tetapi belum mampu membuat rakyat hidup sejahtera.

Kenyataan itu menyebabkan rakyat meragukan relevansi pemilu atau praktik demokrasi dengan kemakmuran. Kegelisahan dan kegamangan rakyat tentu tidak boleh dibiarkan. Rakyat perlu diberikan pemahaman bahwa pemilu bukan demokrasi, melainkan bagian dari proses demokrasi.

Bangsa yang menganggap demokrasi hanya sebagai prosedur akan terjebak pada ingar-bingar kehidupan politik yang anarki. Pemikiran semacam itu akan mereduksi makna demokrasi, dan lambat atau cepat akan membunuh demokrasi.

Oleh karena itu, sangat tepat imbauan beberapa tokoh yang mengumandangkan agar pergantian tahun dari 2007 ke 2008 harus dimanfaatkan untuk melakukan muhasabah (refleksi diri) bagi seluruh rakyat serta muraqabah (kerja keras, tekun, jujur, dan cermat) bagi para elite. Para elite yang telah mengenyam segala macam kenikmatan dalam bentuk kekuasaan, kehormatan, ataupun hidup serba kecukupan harus sadar bahwa pemilu baru merupakan tahap paling awal untuk membangun demokrasi.

Seruan tersebut semakin urgen dan relevan mengingat tahun 2008, dalam perspektif politik, adalah kurun waktu persiapan kompetisi politik, baik dalam pemilu legislatif bulan April maupun pemilu presiden Juli 2009.

Iklim politik diperkirakan akan semakin menghangat karena pada tahun ini pula akan dilakukan 30 pemilihan kepala daerah yang masa jabatan mereka selesai pada Januari sampai Juli 2009.

Oleh sebab itu, kalau tidak mulai dikembangkan sikap yang arif, dunia politik pada tahun 2008 hanya akan dipenuhi manuver dan intrik politik dari mereka yang haus akan kekuasaan.

Hal itu tidak boleh dibiarkan. Masyarakat madani perlu membangun koalisi besar yang solid supaya mampu membentuk kekuatan tandingan agar pragmatisme politik yang selama ini diadopsi para elite dapat ditandingi kekuatan yang seimbang.

Sudah saatnya rakyat menentukan agenda prioritas, khususnya untuk menentukan pilihan yang selalu melekat dalam demokrasi, yaitu antara mewujudkan keterwakilan (reperesentativeness) dan membangun pemerintahan yang efektif (governability), tetapi dikontrol oleh rakyat. Pilihan kedua tampaknya perlu dilakukan agar demokrasi prosedural tidak semakin terjebak pada demokrasi kulit, simbolik, yang hanya berisi slogan-slogan mengatasnamakan rakyat.

Sejalan dengan itu pula persiapan Pemilu 2009 harus disertai dengan tekad dan agenda konkret untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam jangka pendek, hal yang dapat dilakukan, misalnya, adalah menggalakkan kembali program keluarga berencana, menciptakan iklim investasi, meletakkan dasar-dasar reformasi birokrasi yang komprehensif, serta mengurangi jumlah rakyat miskin dan penganggur.

Dengan demikian, dalam menapak masa depan, transformasi politik berjalan berdasarkan paradigma serta landasan pemikiran yang jelas dan benar. Kurun waktu 10 tahun proses demokrasi harus dapat dijadikan tonggak penyempurnaan kehidupan politik di masa depan.

No comments:

A r s i p