Wednesday, January 9, 2008

Kepemimpinan


Kaum Muda Hanya Menjebol, Tidak Membangun


Jakarta, Kompas - Sejarah menunjukkan, gerakan kaum muda Indonesia hanya dapat merobohkan kekuasaan rezim lama. Namun, pembangunan rezim baru selalu dilakukan kelompok lain. Untuk mengubah catatan sejarah ini, kaum muda harus bersatu dan punya visi bersama saat memperjuangkan perubahan.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif dalam diskusi bertema "Jalan Baru Perjuangan Kaum Muda" di Jakarta, Senin (7/1).

Peran kaum muda yang hanya sebagai penjebol sudah terjadi sejak proklamasi kemerdekaan. "Tokoh muda seperti Sukarni hanya dapat mendorong Soekarno memerdekakan Indonesia. Namun, ketika Indonesia sudah merdeka, pengisi kabinet pertama yang dibentuk sebagian besar adalah tokoh-tokoh lama yang sebelumnya bekerja sama dengan Jepang," kata Yudi.

Gerakan mahasiswa 1966 juga hanya menumbangkan Orde Lama. Sementara pengisi utama Orde Baru adalah tentara, khususnya Angkatan Darat yang telah menjadi salah satu kekuatan politik di Orde Lama.

"Kondisi lebih parah terjadi di gerakan 1998. Hasil gerakan itu ibarat menempatkan anggur lama dalam botol baru. Sebab, yang sekarang berkuasa hampir semuanya orang Orde Baru," papar Yudi.

Dalam setiap perubahan rezim di atas, lanjutnya, sebagian kecil kaum muda memang dapat masuk ke kekuasaan. Namun, mereka umumnya tidak dapat berbuat banyak.

Untuk mencegah sejarah terulang, ujar Yudi, dalam perubahan ke depan kaum muda harus merombak struktur birokrasi dan kepemilikan modal.

"Kita dapat belajar dari China. Ketika memulai perubahan di tahun 1978, mereka mengawali dengan reformasi agraria, yaitu membagikan tanah kepada petani lalu membayar mereka sesuai dengan produktivitasnya saat mengolah tanah. Cara ini ternyata membuat petani bergairah," katanya.

Setelah pertanian mantap, China beralih ke industri dengan mencontoh keberhasilan Singapura, negara yang cenderung otoriter secara politik, tetapi dapat memberikan kenyamanan kepada pemodal.

Aktivis gerakan buruh Dita Indah Sari menambahkan, gerakan berhasil jika kaum muda dapat bersatu dan punya agenda bersama. '"Jangan ada dikotomi antara mereka yang ada di dalam parlemen dan di luar. Dikotomi hanya membuat kaum muda yang di luar terus sebagai pengkritik dan mereka yang di parlemen tetap seperti sekarang. Semua harus bergerak bersama," tutur Dita.

Anggota DPR dari PDI-P, Ganjar Pranowo, menambahkan, gerakan itu harus dimulai dari sekarang secara bertahap. "Saya tidak percaya dengan revolusi," tukasnya. (NWO)

No comments:

A r s i p