Wednesday, January 16, 2008

Prospek Demokrasi Suram


jakarta, kompas - Cengkeraman militer dan model partai berkuasa tunggal di beberapa negara di Asia Tenggara memberi gambaran suram dalam prospek perkembangan demokrasi di kawasan tersebut.

Demikian dikemukakan Muthiah Alagappa dari East-West Center Washington dalam diskusi bertajuk "Perkembangan Demokratisasi di Asia Tenggara: Melihat ke Belakang, Melihat ke Depan", Selasa (15/1) di The Habibie Center, Jakarta.

Menurut Alagappa, kehadiran militer dalam pemerintahan di Asia Tenggara, seperti di Thailand atau Myanmar, dipandang sebagai salah satu penyebab kemunduran perkembangan demokrasi. Namun, kata Alagappa, menyingkirkan militer dari pemerintahan tidak serta-merta memulihkan demokrasi di sebuah negara.

"Jika melihat apa yang terjadi di Thailand, kudeta terjadi karena Thaksin Shinawatra memanipulasi sistem dan menempatkan diri sebagai tandingan kekuasaan kerajaan. Kudeta militer memang menampar demokrasi, tetapi Thaksin sendiri sebenarnya telah meremehkan demokrasi sebelum terjadi kudeta," katanya.

Di Filipina, berbagai upaya kudeta oleh militer juga mencederai perkembangan demokrasi. Di Indonesia, pascareformasi tercetus ketidakjelasan masa depan demokrasi. "Namun, dengan berlangsungnya pemilu damai baik tingkat lokal dan nasional bisa membuktikan demokrasi masih ada di Indonesia," ujar Alagappa.

Namun, demokrasi juga bukan semata-mata pelaksanaan pemilu. "Perlu dikaji bagaimana akuisisi kekuasaan, pelaksanaan kekuasaan oleh negara, dan hubungan antara minoritas dan individu dalam negara," ujarnya. (fro)

No comments:

A r s i p