Wednesday, January 16, 2008

NU


Pengamat: NU Bisa Tinggal
Sekadar Organisasi Papan Nama


Jakarta-RoL -- Pemerhati Nahdlatul Ulama (NU) Laode Ida menyatakan, NU bisa tinggal organisasi papan nama jika tidak segera mengembalikan orientasi perjuangannya untuk membangun umat.

Laode mengemukakan hal itu dalam dialog bertajuk "Refleksi 82 Tahun NU, Membangun NU Berbasis Umat" yang digelar Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor di Jakarta, Rabu (16/1), yang dimoderatori Saifullah Yusuf.

"Kalau tidak segera melakukan reorientasi NU bisa ditinggalkan warganya dalam arti mereka tidak akan mengikatkan diri lagi secara organisatoris dan ideologis, mereka hanya merasa ada hubungan historis saja," katanya.

Dalam kondisi seperi itu, katanya, ikatan ke-NU-an akan semakin tidak berarti, akan semakin tergusur dengan ikatan kepentingan yang lain yang lebih rasional, seperti ikatan ekonomi misalnya.

"Warga NU akan semakin sulit diarahkan oleh para elite NU jika kepentingannya tak sesuai dengan kepentingan mereka," katanya.

Kegagalan sejumlah orang NU memenangi pemilihan kepala daerah (pilkada) di wilayah yang sebenarnya basis NU, seperti di Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan contoh kongkret betapa ikatan emosional warga NU dengan organisasinya mulai melonggar.

Penyebab melonggarnya ikatan emosional warga NU dengan organisasinya, menurut Laode, salah satunya adalah akibat perilaku elit NU sendiri yang lebih melibatkan diri atau terjebak dalam pragmatisme ketimbang memikirkan persoalan umatnya.

"Terutama pragmatisme terkait kekuasaan dan materi. Perilaku semacam ini memudarkan derajad figur panutan dalam NU dan membuat warga merasa tidak ada manfaatnya mengikatkan diri secara organisatoris dengan NU," katanya.

Padahal, lanjut Laode yang juga Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu, keberadaan figur merupakan salah satu pilar penyangga organisasi NU.

Kondisi itu, katanya, berbeda dari organisasi Islam lainnya,
Muhammadiyah. Menurut dia, Muhammadiyah dijalankan oleh orang-orang yang memiliki kesadaran berorganisasi yang tinggi.

"Beda dari Muhammadiyah. Organisasi ini dijalankan oleh orang-orang terpelajar sehingga semangat berorganisasi terbangun baik, apalagi mereka merasa menjadi ada karena organisasi," katanya.

Menurut Laode, sebenarnya sejak era 70-an, NU sudah mulai kehilangan kharakter sebagai organisasi berbasis umat.B Hanya saja saat itu masih ada tokoh-tokoh yang konsisten dengan perjuangan keumatan NU. Pergeseran orientasi NU semakin nyata setelah reformasi.

Laode menyarankan, jika ingin tetap eksis di masa mendatang, NU harus kembali ke bidang garapannya semula, yakni membangun umat, serta mempersiapkan kader yang benar-benar mau dan bisa menjalankan organisasi. antara/is

No comments:

A r s i p