Thursday, January 31, 2008

Kuatnya Nuansa Politik Ancam Karakter NU


KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO /
Diskusi untuk memperingati 82 tahun Nahdlatul Ulama (NU) bertema "Membangun NU Berbasis Umat" menghadirkan pembicara Wakil Ketua DPD Laode Ida (kiri), Ketua Umum GP Ansor Syaifullah Yusuf, dan Ketua PBNU Masdar F Mas'udi di Gedung GP Ansor, Jakarta, Rabu (16/1).
Kamis, 17 januari 2008 | 16:30 WIB

Jakarta, Kompas - Nuansa politik di kalangan warga Nahdlatul Ulama atau NU belakangan ini sangat kuat. Keadaan ini telah mengancam karakter NU yang sebenarnya bertujuan utama membangun moralitas dan mentalitas bangsa, bukan kekuasaan.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah, yang juga warga NU, Laode Ida dalam diskusi ”Membangun NU Berbasis Umat”, Rabu (16/1). Pembicara lain dalam diskusi yang digelar dalam rangka Peringatan Hari Lahir Ke-82 NU ini adalah Ketua Pengurus Besar NU Masdar Farid Mas’udi dan Ketua Umum GP Ansor Syaifullah Yusuf.

Menurut Laode, NU sebenarnya memiliki empat faksi yang saling mendukung, yaitu aktivis, kultural, intelektual, dan politik. ”Namun, hampir semua warga NU sekarang berusaha masuk ke faksi politik. Sebab, dengan menjadi politisi, diyakini akan cepat kaya,” katanya.

Perubahan orientasi ini menjadi masalah karena politik cenderung berubah menjadi ajang perebutan kekuasaan tanpa mempertimbangkan moralitas. Ketika berpolitik, warga NU juga menjadi kehilangan ketegasannya.

Masdar menuturkan, banyaknya kiai NU yang berpolitik juga membuat sebagian dari mereka tidak dapat lagi diambil inspirasinya. Pada saat yang sama, jumlah kiai sepuh semakin berkurang.

”Keadaan ini adalah kesedihan NU dan harus segera diakhiri. Sebab, perubahan orientasi itu memunculkan pergeseran visi di NU, yaitu dari seharusnya melayani umat ke melayani diri sendiri. Akibat selanjutnya, hubungan kiai dengan umat menjadi renggang. Basis keumatan juga menjadi jarang disentuh,” ucap Masdar.

Dia mengingatkan, umat sudah dapat memahami apa yang dilakukan para pemimpinnya. Karena itu, jika aktivitas politik sebagian warga NU kini hanya untuk melayani diri sendiri, mereka akan ditinggalkan oleh umat. ”Jika aktivitas politik itu untuk melayani umat, mereka juga akan dilayani umat,” kata Masdar. (NWO)

No comments:

A r s i p