Thursday, July 5, 2007

Partai politik di Amerika Serikat:
Ke puncak tanpa merayap - "Tak ada aparat, tak ada kekuasaan, tak ada pengaruh: Partai politik tidak memainkan peran penting di Amerika Serikat" (Oleh: Wolfgang Koydl)



Seandainya keadaan politik di Amerika sama dengan di Eropa, maka pasti Ed Gillespie, Ann Wagner dan Maria Cino termasuk politisi yang paling terkenal dan berpengaruh di Amerika Serikat, maka pasti kanselir dan perdana menteri harus menyamai pendapat mereka. Sebab troika (ketiga politisi ini) duduk di puncak partai yang berkuasa di negara adidaya tersebut: Gillespie, Wagner dan Cino adalah ketua-ketua Partai Republik, yakni partai yang menguasai Gedung Putih, Senat dan Parlemen di AS dan juga berkuasa di sebagian besar negara bagian.

Akan tetapi, karena Amerika dalam perjalanan dan organisasi politiknya berbeda dari Eropa, Gillespie hanya dikenal oleh orang-orang yang berkecimpung dalam politik AS. Bahkan nama-nama wakilnya sangat mungkin tak dikenal oleh pemerhati politik sekalipun. Sebab di Amerika peran kedua partai besar – Partai Republik dan Partai Demokrat – lebih kecil dibandingkan dengan rekan mereka di Eropa atau di belahan lain dunia.

Peluang orang luar

“Partai di Amerika Serikat bukanlah kendaraan yang bisa membawa para politisi kepada kekuasaan”, jelas Jonathan Miller yang sejak bertahun-tahun menjadi penasehat dekat senator dari Partai Demokrat, Paul Sarbanes, dari negara bagian Maryland. “Partai merupakan semacam tempat bagi mereka yang ada dalam kekuasaan. Partai sendiri tidak memiliki banyak kekuasaan sendiri.” Hal ini bisa dilihat pada pra pemilu saat ini dimana muncul nama-nama pesaing atau penantang presiden George Bush.

Tidak ada kandidat presiden pesaing Bush yang membangun karir politiknya seperti layaknya terjadi dalam perkembangan politik kepartaian di Eropa, kecuali pada kasus Dick Gephardt yang kini pun sudah tersingkir dari persaingan. Tidak ada bendahara atau ketua organisasi pemuda partai seperti Organisasi Pemuda Sosialis di Jerman yang gigih berjuang dari bawah sampai menduduki posisi puncak. Lucunya, salah satu kandidat, Wesley Clark, yang juga telah tersingkir dari persaingan, beberapa minggu sebelum pengumuman pencalonannya bahkan tak tahu kalau dia wakil dari Partai Demokrat.

“Pribadi atau person selalu lebih penting dari partai atau program”, jelas Miller. Oleh sebab itu, selalu ada peluang bagi calon dari luar partai, misalnya calon presiden seperti Howard Dean dan Clark, atau Jimmy Carter, seorang gubernur dari negara bagian Georgia, dari kubu Partai DemokratArnold Schwarzenegger, Ronald Reagan atau gubernur tak terkenal dari Texas, George Bush, pada kubu Republik. “Contoh yang paling bagus adalah Clinton. Ia tak ada hubungan apapun dengan Partai Demokrat, memulai karir sebagai orang luar dan menempatkan orang-orang terpercaya dari kalangannya pada posisi-posisi penting partai,” ujar Miller.

“Kalau dibandingkan dengan partai-partai di Eropa, daya tarik partai politik di AS jauh lebih kecil, baik ke luar maupun ke dalam”, demikian pendapat Kathryn Dunn Tenpas dari kelompok think-thank Brookings yang bermarkas di Washington. “Menjadi anggota partai sama sekali bukan aksi formal, itu tak lebih sekedar basa-basi.”

Bayangan bahwa peran parpol – seperti dalam UUD Pasal 21 – diatur dalam konstitusi tak lazim bagi cara berpikir Amerika. “Bahkan para pendiri Amerika khawatir akan pengaruh partai yang bisa merugikan dan memecah-belah rakyat dan awalnya mereka tak mau mengizinkan adanya partai politik,” ujar Dunn Tenpas.

Faktanya, saat ini di AS orang sama sekali tak perlu masuk sebuah partai untuk menjadi anggota. Cukup dengan menyatakan diri sebagai republikan atau demokrat atau menyumbang beberapa Dollar untuk organisasi partai pilihannya. Tidak ada iuran anggota dan hampir tak ada birokrasi partai, tak ada safari partai dan kegiatan-kegiatan sejenisnya.

Bisa jadi di tingkat yang paling rendah, yaitu tingkat kelurahan, juga ada semacam anak cabang atau ranting baik pada Partai Republik maupun pada Partai Demokrat. Tapi siapa berpikir bisa menemukan calon gubernur, senator atau bahkan presiden seperti halnya dalam sayembara pencarian bakat, maka dia akan kecele. Partisipasi dalam struktur partai sifatnya sukarela dan tak mendapat bayaran dan kalau dilihat dalam skala sosial ia masih berada di bawah aktifitas di POM sebuah sekolah.

Kelemahan dari Partai Republik dan Partai Demokrat ini makin terasa kalau kita ingat bahwa kedua partai di satu sisi jauh lebih tua daripada kebanyakan organisasi partai di Eropa, dan bahwa pengaruh mereka terhadap anggota dan wakil rakyat baru mulai hilang sekitar 40 tahun yang lalu. Orang-orang dari kubu demokrat memuji-muji bahwa partainya didirikan pada 1792 oleh pemikir intelektual besar dan mantan presiden Amerika Serikat Thomas Jefferson. Ini tidak sesuai benar dengan fakta karena Partai Demokrat saat ini baru lahir pada 1828 hasil dari pecahnya “Pengikut Partai Republik yang demokrat” yang diprakarsai Jefferson. Pendiri Partai Demokrat sesungguhnya adalah Andrew Jackson, presiden kelima Amerika dan terkenal dengan kebijakan luar negerinya “pukul dulu baru tanya kemudian” yang kemudian ditiru oleh George Bush.

Partai Republik dibentuk pada 1854 di negara bagian Wisconsin sebagai perkumpulan negarawan dari wilayah utara yang liberal. Partai ini memerangi perbudakan dan Partai Demokrat yang mengalami keterpurukan menjadi corong bahasa bagi penguasa budak di negara-negara bagian wilayah selatan. Tujuh tahun kemudian partai baru ini berhasil menguasai Gedung Putih dengan presiden yang paling menonjol dalam sejarah Amerika: Abraham Lincoln.

Sejak saat itu ada sistem dua partai, Partai Republik di satu pihak dan Partai Demokrat di pihak lain yang saling bergantian menduduki kekuasaan. Berkat sistem patronase yang diperhalus seperti yang masih bisa ditemukan di negara-negara seperti Turki, kedua partai besar ini memiliki pengaruh yang sangat besar hingga pertengahan abad ke-20. Apa yang disebut dengan mesin partai membagi-bagikan pekerjaan dan kedudukan, order dan daerah pemilihan di kota-kota seperti New York, Boston atau Chicago. Pada masa itu muncul kata bersayap “ruang belakang yang dipenuhi asap rokok” tempat petinggi partai memulai atau mengakhiri karir politik mereka.

“Era ini baru lewat beberapa dekade terakhir”, jelas Jonathan Miller. “Hubert Humphrey pada 1968 masih dinominasikan sebagai calon presiden dari Partai Demokrat tanpa pernah muncul sebelumnya dalam satu pra pemilu sekalipun. Pra pemilu hanya murni semacam lomba kecantikan, yang paling menentukan pada akhirnya adalah pembesar partai.” Namun tahun 60-an menandai awal dari berakhirnya sistem ini.

Terbuka untuk Televisi

Media televisi yang terhitung masih baru melaporkan tentang kongres-kongres partai dan menuntut ditingkatkannya transparansi. Pada saat yang sama anggota kongres yang masih muda dari Partai Republik dan Partai Demokrat memberontak di Washington melawan konsep senioritas di Senat dan parlemen yang menyatukan semua kekuasaan di tangan para wakil rakyat yang sudah uzur. Anggota-anggota senior menduduki posisi pada komisi-komisi penting dan mereka membuat sub komisi-sub komisi baru dengan pos-pos tambahan.

“Loyalitas terhadap kepemimpinan partai menjadi makin tak penting, lalu yang menjadi fokus adalah komunikasi dengan rakyat”, kenang Miller. Para anggota DPR-nya Amerika Serikat beremansipasi dari kepemimpinan. Mereka langsung berkomunikasi dengan konstituen dalam rangka menggalang dana untuk kampanye dan mendapatkan suara. Perkembangan ini telah mengalami percepatan dalam beberapa tahun terakhir.

Walaupun Komite Nasional Partai Republik dan Partai Demokrat mengumpulkan uang untuk kampanye dari para wakil rakyat mereka, banyak kandidat yang percaya pada kualitas mereka sendiri untuk menggalang dana. “Hal ini membuat mereka tidak tergantung pada partai dan menciptakan suatu hubungan langsung dengan pemilih”, kata Miller.

“Tak ada seorangpun bisa mengambil daerah pemilihan dari seorang anggota dewan – kecuali pemilih itu sendiri”, demikian ujar karyawan di kongres tersebut. Tapi itu bukan berarti bahwa anggota dewan yang bandel tidak bisa didisiplinkan oleh pimpinan partainya di parlemen: “Hukumannya misalnya mereka tidak diberikan kedudukan di sebuah komisim dan pada pemilu berikutnya para petinggi partai akan mengirimkan kandidat saingan untuk pra pemilu. Tapi jika pemilih bisa mencium permainan ini ia akan memutuskan, dan tak ada hal apapun yang bisa dilakukan partai.”

No comments:

A r s i p