Tuesday, September 11, 2007

Megawati Tak Ingin Sekadar Jadi Presiden


Rakernas PDI-P: Pemerintah Gagal Penuhi Janji Perubahan

Jakarta, Kompas - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri tak ingin sekadar menjadi presiden. Menurut dia, yang dibutuhkan negeri ini bukan hanya seorang presiden, melainkan juga seorang pemimpin.

Pandangan itu disampaikan Megawati saat menutup Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI-P di Kompleks Pekan Raya Jakarta, Minggu (9/9).

"Kalau jadi presiden itu gampang, yang susah itu jadi pemimpin. Presiden dipilih lima tahun sekali, sedangkan pemimpin harus terus berpikir panjang ke depan, visioner, tentang apa yang akan diberikan kepada rakyatnya," ucap Megawati.

Pernyataan itu sekaligus menjawab rekomendasi Rakernas II yang menegaskan keputusan Rakernas I di Bali untuk meminta kesediaan Megawati sebagai calon presiden dalam Pemilu 2009 guna mengawal komitmen bangsa terhadap Pancasila 1 Juni 1945, UUD 1945, kebhinnekaan, keutuhan NKRI, serta kesejahteraan rakyat Indonesia.

Megawati meminta waktu kepada peserta Rakernas II untuk menjawabnya. "Tunggu saja. Suatu saat saya akan beri jawaban. Saya mau tanya pemimpin besar saya dulu," ucap Megawati sambil menunjuk gambar Bung Karno.

Pesan itu pula yang pernah dia terima dari seorang kiai besar asal Situbondo, almarhum As’ad Syamsul Arifin, yang berpesan kepada Megawati untuk selalu bicara dengan orangtua manakala ada kesedihan ataupun kebahagiaan.

Megawati sempat bercerita tentang televisi yang menampilkan tokoh yang meniru dirinya. "Kok, ya, nemu orang seperti saya. Pakai tahi lalat lagi," ucapnya.

Rakernas II PDI-P selama dua hari itu menghasilkan 22 rekomendasi. Salah satunya adalah selama dua setengah tahun berjalan, pemerintah gagal memenuhi janji-janji perubahan.

"Meningkatnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tiga tahun terakhir tidak diikuti perbaikan kualitas kehidupan dan ekonomi bangsa. Janji setinggi langit, pencapaian hanya sampai di kaki bukit," sebagaimana dibacakan Sekjen PDI-P Pramono Anung.

Pemerintah juga dinilai gagal mengendalikan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok rakyat sehari-hari.

Rakernas juga menyebut, penurunan bendera Merah Putih di Aceh, penampilan tari cakalele di depan Presiden, perjanjian kerja sama pertahanan dengan Singapura, dan perjanjian kawasan ekonomi khusus dengan Singapura adalah realitas nyata dari melemahnya kedaulatan bangsa dan harga diri bangsa.

Senin pagi ini Megawati akan berpidato di depan peserta rapat koordinasi nasional partainya. Megawati kabarnya akan menyentil pemerintah.

Kemarin Wakil Presiden Jusuf Kalla di Makassar menyatakan, pemerintahannya mendengar kritik dari Megawati tentang program penanganan kemiskinan. Kalla mengatakan, kritik itu akan dijadikan masukan bagi pemerintah. (SUT/HAR/NWO)

No comments:

A r s i p