Tuesday, September 4, 2007

Parpol untuk Kekuasaan


Din Syamsuddin: Partai Golkar Miniatur Indonesia

Jakarta, Kompas - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya Muhammad Jusuf Kalla menyatakan, partai politik didirikan untuk mencari kekuasaan. Kekuasaan yang dimilikinya digunakan untuk menyalurkan aspirasi masyarakatnya dengan tujuan mencapai kesejahteraan rakyat.

Untuk mencapai cita-cita tersebut, partai politik harus memenangi pemilihan umum. "Kalau tidak mencari kekuasaan, ya bubarkan saja parpol itu. Jadikan saja lembaga swadaya masyarakat (LSM)," ujar Jusuf Kalla saat ditanya pers di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin (3/9).

Pernyataan Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden itu menjawab kritik yang dilontarkan mantan Ketua DPP Partai Golkar Akbar Tandjung saat mempertahankan disertainya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sabtu lalu.

Berbeda dengan Akbar

Jusuf Kalla menunjukkan perbedaan latar belakang antara dia dan Akbar. "Saya bukan Akbar, dan Akbar bukan saya. Pak Akbar insinyur, saya bukan. Jadi, pemimpin itu boleh berbeda-beda latar belakangnya," ujarnya.

Kalla membantah dirinya memimpin Partai Golkar sebagai saudagar. "Saya memimpin sebagai politisi. Sama seperti Pak Akbar memimpin Partai Golkar waktu dulu, juga bukan sebagai insinyur, tetapi sebagai politisi," ungkap Kalla.

Kalla membantah pimpinan partai yang berasal dari saudagar atau pengusaha akan berpikiran jangka pendek.

Semalam, dalam acara hikmah peringatan Isra Mikraj dan pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Keagamaan DPP Partai Golkar di Kantor Pusat DPP Partai Golkar, Jakarta, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin antara lain bicara soal pendekatan Partai Golkar kepada umat Islam. "Jangan dekati menjelang pemilu. Ada hasilnya memang, tetapi tak menghasilkan pahala," ujar Din.

Din juga mengatakan, slogan Partai Golkar "Bertindak Cepat untuk Rakyat" kurang pas. "Slogan itu harus ditambahi bertindak cepat, tepat, dan membawa maslahat untuk rakyat," ujarnya. Namun, Din menilai, Partai Golkar punya masa depan karena merupakan miniatur Indonesia yang majemuk, termasuk dalam soal agama.

Kalla mengatakan, kedekatan Partai Golkar dengan umat Islam, dalam hal ini Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dimaksudkan untuk terus menjaga agar perjuangan Partai Golkar tetap berasaskan nilai-nilai agama. "Kepentingan-kepentingan agama, tidak hanya Islam, harus dijaga secara politik oleh partai politik," ujarnya.

Kalla menyebut, pembentukan Baitul Muslimin oleh PDI-P juga upaya menjaga agar agama tetap menjadi dasar kegiatan politik.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar NU Hasyim Muzadi yang hadir dan menyampaikan hikmah Isra Mikraj menyebutkan, Golkar punya prospek dan masa depan yang baik. (HAR/INU)

No comments:

A r s i p