Wednesday, September 5, 2007

Politisi dan Sinetron

Laporan Intelijen yang Salah...

J Osdar

Tahun 1981, Ronald Reagan, bintang film koboi, menjadi Presiden Amerika Serikat. Oktober 2003, Arnold Schwarzenegger terpilih sebagai Gubernur California, AS. Setelah Orde Baru tumbang, banyak artis Indonesia terjun ke dunia politik. Pada tahun 2007, dua politisi Indonesia jadi bintang film sinetron, hal yang jarang terjadi dalam sejarah politik.

Saifullah Yusuf, mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kabinet Indonesia Bersatu, pertengahan Agustus 2007 mulai giat menghafal naskah sinetron kolosal Laksamana Cheng Ho.

>

Sinetron dibuat oleh perusahaan film Thailand, Kantana. Biayanya sekitar 3 juta dollar AS serta melibatkan sekitar 3.000 artis Indonesia dan Thailand.

Pembuatan sinetron dilakukan di enam negara, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, China, Kamboja, dan Vietnam. Rencananya, sinetron ini akan ditayangkan di Indonesia pada tahun baru Imlek (akhir Januari) 2008.

Pemilik Kantana, Jareuk Kaljareuk (seorang konglomerat Thailand yang punya hubungan dekat dengan para politisi berpengaruh dan pejabat negara Thailand), dalam jumpa pers di Bangkok, 15 Agustus lalu, mengatakan, "Saya sengaja memilih dua politisi Indonesia ini karena popularitas mereka."

Ia yakin, sinetron 36 episode ini akan laku keras. "Ini sinetron sejarah seorang admiral legendaris China beragama Islam," ujar penganut Buddha itu.

Sidang kabinet

Ketika ditanya apakah sinetron ini akan dijadikan alat Pemilihan Umum 2009, Saifullah dan Yusril tidak memberi jawaban. Mereka hanya mengutarakan tentang ketertarikan mereka pada isi cerita sejarah Cheng Ho.

Saifullah mengatakan, dalam cerita ini terjadi kesalahpahaman antara Cheng Ho dan Raja Majapahit Wikramawardhana. Adegan kesalahpahaman itu tentu dimulai dalam sidang kabinet Kerajaan Majapahit. Dalam sidang itu, intelijen dan para pembisik raja mengatakan, Cheng Ho hendak bersekutu dengan Wirabumi di Blambangan untuk menjatuhkan Majapahit.

Alhasil, diadakan serangan terhadap 170 orang tentara kehormatan Cheng Ho yang sedang dalam perjalanan ke Blambangan. Sebagian besar tentara Cheng Ho yang tidak bersenjata lengkap itu tewas. Ternyata, tentara kehormatan itu ke Blambangan untuk menjajaki apakah Blambangan itu Majapahit.

"Laporan intelijen yang salah itu selalu fatal akibatnya," ujar Saifullah.

Yusril lebih tertarik pada sinetron ini karena Cheng Ho adalah orang Islam yang menjadi utusan Kaisar Dinasti Ming yang non-Muslim. Armada laut yang dipimpin Cheng Ho berkeliling ke perairan di seluruh Asia dan Afrika untuk mengumandangkan persahabatan dan perdamaian.

Maka, kata Yusril, ketika tahu bahwa pasukan yang dibantainya adalah pasukan kehormatan, bukan pasukan perang, Wikramawardhana datang ke kapal Cheng Ho yang berlabuh dekat Gresik. Walau para perwira armada China marah, Cheng Ho mau menerima maaf Wikramawardhana.

Bahkan, kata Yusril, Cheng Ho bisa meredakan kekhawatiran Wikramawardhana terhadap banyaknya bupati di bawah kerajaannya yang memeluk Islam. "Cheng Ho mengatakan, dia adalah panglima beragama Islam yang bisa setia kepada Kaisar China yang bukan Islam," kata Yusril kepada wartawan di Bangkok.

Yusril mengaku telah melaporkan soal sinetron ini kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Beliau mengatakan akan menyaksikan sinetron itu," katanya.

Yusril mengaku akan total dalam bermain sebagai Laksamana Cheng Ho. Untuk berperan menjadi Cheng Ho, ia telah berlatih silat selama satu tahun.

Saifullah tidak kalah serius. Ia meminta artis senior Franky Sahilatua menjadi penasihat artistiknya. Mantan Juru Bicara Kepresidenan Gus Yahya Staquf diangkat menjadi penasihat sejarah dan penerjemah.

"Agama" baru

Ketika Agustus 2003 Arnold Schwarzenegger (56) mencalonkan diri secara resmi dalam pemilihan Gubernur California, banyak orang Amerika meragukan kemampuannya dalam panggung politik. Dua bulan kemudian, ternyata Arnold menang dalam pemilihan. Kini, banyak orang juga ragu kemampuan Yusril dan Saifullah berakting untuk layar kaca. Akankah mereka meraih sukses seperti Arnold? Mampukah mereka jadi selebriti yang memesona?

Ketika Arnold terpilih jadi gubernur, seorang pembaca majalah Time asal Los Angeles, John Cork, menulis surat dan dikutip Eep Saefulloh Fatah. Cork antara lain mengatakan, "Pesona pribadi hampir selalu lebih bermakna ketimbang politik, memiliki nama tenar lebih penting ketimbang mampu menjawab pertanyaan seputar isu kampanye. Jika Anda seorang bintang, maka media akan melakukan apa pun untuk meliput kampanye Anda."

Eep pun berkomentar, di mana pun, tidak hanya di AS, pemujaan selebriti menjadi semacam "agama baru" yang dianut dengan takzim.

Ketika Eep berkomentar tentang kemenangan Arnold, sekitar 20 artis Indonesia sedang sibuk mengurus partai politik untuk jadi anggota DPR, bupati atau wali kota, dan gubernur.

Nama-nama artis yang saat itu terjun ke dunia politik, antara lain Puput Novel, Nia Daniati, Marissa Haque, Rieke Diah Pitaloka, Ray Sahetapi, Dede Yusuf, Hengky Tornando, Camelia Malik, Adjie Massaid, Emilia Contessa, Leysus Winarso, dan Nurul Qomar.

Bila sinetron Laksamana Cheng Ho yang seperti cerita serial silat ini laku di Indonesia, mungkin Saifullah dan Yusril menjadi pionir bagi barisan politisi berbondong-bondong jadi artis profesional.

Dunia politik dan dunia artis mungkin tidak punya batas lagi. Ini memberi dimensi baru panggung politik dan artis.

Ketika Arnold terpilih jadi gubernur, Mang Usil di pojok koran ini mengatakan, "Bintang film Arnold Schwarzenegger jadi Gubernur California. Di negara lain ada politisi-pelawak, pelawak-politisi."

No comments:

A r s i p