Tuesday, September 4, 2007

PPP Sedang Alami Masa Surut


Palembang, Kompas - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali mengakui bahwa partainya sedang mengalami masa surut, yang ditandai dengan penurunan perolehan suara dalam pemilu sebelumnya. Hal itu terjadi karena ada disorientasi yang dialami sebagian kader PPP yang menjadi anggota legislatif ataupun eksekutif.

Demikian diakui Suryadharma Ali pada Silaturahmi Kader PPP di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (2/9). Hadir pula dalam acara itu antara lain Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan Gubernur Sumatera Selatan Syahrial Oesman. Acara itu dihadiri puluhan ribuan kader/simpatisan PPP dari Sumsel dan sekitarnya.

Suryadharma menuturkan, kecenderungan penurunan perolehan suara ini terjadi pada kurun waktu Pemilu 1977 hingga Pemilu 2004. Pada Pemilu 1977 PPP meraih suara 29,7 persen, sedangkan pada Pemilu 2004 hanya meraih 8,15 persen.

"Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, kami kurang serius berbenah karena banyak kader yang alami disorientasi. Padahal, iklim politik saat ini justru menuntut parpol untuk berperan lebih nyata," kata dia.

Menyambut Pemilu 2009, Suryadharma menargetkan ada peningkatan perolehan suara PPP hingga 15 persen. Untuk mencapai jumlah itu, saat ini sedang dilakukan beberapa perubahan internal dan eksternal di tubuh PPP, yang mencakup struktur, personalia, dan kiprah.

Ia menekankan pentingnya kepedulian kader partai terhadap sektor pendidikan, kemiskinan, dan bencana. Disukai atau tidak, PPP harus berubah dan lebih bervisi masa depan untuk mencapai kiprah tersebut.

Mengenai iklim politik di Indonesia, Suryadharma berpendapat, saat ini sedang muncul tren dan gairah untuk menjadi sosok pemimpin rakyat. Namun, gairah memimpin yang terlalu besar ini justru menimbulkan banyak konflik di kalangan elite.

Bachtiar menambahkan, kader PPP juga jangan hanya berperan sebagai sosok analis, tetapi harus lebih menunjukkan kerja keras. Kerja keras perlu diwujudkan dalam hal kepeloporan menjaga kerukunan dengan semua warga negara.

"Artinya, stop mengedepankan perbedaan yang akan menimbulkan perpecahan. Segala bentuk mismanajemen yang terjadi dalam pengelolaan negara ini harus diubah," kata Bachtiar. (ONI)

No comments:

A r s i p