Wednesday, August 15, 2007

Biografi Soeharto

Ada Perbedaan Cara Pahami Buku di Barat dan Indonesia

Jakarta, Kompas - Penulis buku Retnowati Abdulgani-Knapp mengakui pro dan kontra yang muncul setelah buku biografi mantan Presiden Soeharto diluncurkan menunjukkan ada perbedaan dalam cara memahami isi sebuah buku antara masyarakat Barat dan Indonesia.

Hal itu disampaikan pada peluncuran edisi Bahasa Indonesia buku karyanya berjudul Soeharto, The Life and Legacy of Indonesia's Second President, Selasa (14/8) malam di Museum Nasional, Jakarta. Edisi Bahasa Inggris diluncurkan sebelumnya di Jakarta dan Singapura.

Perbedaan sikap itu, lanjutnya, juga menunjukkan selalu ada kesenjangan antara generasi pendahulu dan generasi baru. Generasi baru terlalu yakin atas kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Akibatnya, mereka pun mudah melupakan dan mengabaikan ide dan pemikiran generasi pendahulu.

"Kelebihan dan kekurangan Soeharto harus dipahami dalam konteks sejarah yang terjadi sesuai kondisi waktu itu," katanya. Ia juga mengklaim, sosok Soeharto dalam bukunya ditampilkan secara proporsional.

Dalam peluncuran itu, sosiolog dari Universitas Indonesia Imam B Prasodjo memilah sosok Soeharto yang multidimensi dalam tiga kepribadian, yaitu sebagai anak petani, orang Jawa, dan seorang militer. Setiap aspek itu melahirkan karakter Soeharto yang bisa saling bertentangan.

Sebagai anak petani, Soeharto paham dan menyukai masalah pertanian serta memiliki jiwa sosial. Adapun sebagai orang Jawa dengan budaya Yogyakarta-Solo yang kuat melahirkan pribadi yang lembut, tetapi tidak terbuka serta tidak menyukai sesuatu yang frontal. Sebagai militer, Soeharto mampu bersikap tegas dan nasionalis.

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi mengatakan, sosok Soeharto memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai manusia biasa, Soeharto adalah pribadi yang tak sempurna.

Menurut Imam, penulis buku mengajak pembaca menilai Soeharto secara utuh. Jika Soeharto dianggap salah, kesalahan itu tak bisa dibebankan sepenuhnya kepadanya. Menteri sebagai pembantu presiden yang tidak mengingatkan Soeharto dan anak-anak Soeharto yang salah dalam memilih teman turut bertanggung jawab atas kesalahan itu.

Secara terpisah, Senin, Jaksa Agung Hendarman Supandji meminta agar gugatan perdata terhadap Soeharto dan Yayasan Beasiswa Supersemar tetap dilanjutkan. Hingga Selasa, jaksa belum bertemu dengan kuasa hukum Soeharto. (mzw/vin)

No comments:

A r s i p