Monday, August 20, 2007

PDI-P


Rumah Muslim di Kandang Banteng

Kampanye PDI-P di Senayan, Jakarta (GATRA/Edward Luhukay)Acara buka puasa bersama di kediaman Megawati Soekarnoputri di Kebagusan, Jakarta Selatan, Senin pekan lalu, melahirkan gagasan segar. Usai salat tarawih, Ketua Umum PDI Perjuangan itu menggelindingkan rencana kelahiran organisasi kemasyarakatan sayap Islam. "Dalam waktu dekat diharapkan organisasinya sudah terbentuk secara rapi," Pramono Anung, Sekjen PDI Perjuangan, menegaskan.

Figur yang akan menakhodai onderbouw anyar PDI Perjuangan ini adalah Hamka Haq, yang selama ini duduk sebagai ketua bidang agama dan kebudayaan. Bekas guru besar di IAIN Alauddin, Makassar, itu dinilai sebagai tokoh yang getol mengembangkan ide-ide prularisme keagamaan di "kandang banteng". Dalam beberapa kesempatan, ia kerap menyuarakan pentingnya kebersamaan hidup beragama bersanding dengan semangat nasionalisme.

Sayap anyar itu sebenarnya sudah lama jadi bahan perbincangan segelintir elite partai. Penggagasnya adalah Mayor Jenderal (purnawirawan) Chalid Ghazali, bekas Irjen Depperindag. Ide ini pertama kali dilontarkan Chalid dalam sebuah perbincangan dengan Erwin Moeslim Singajuru, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan, Juni silam.

Menurut Erwin, dalam perbincangan itu keduanya sepakat bahwa PDI Perjuangan perlu memiliki semacam ormas atau sayap Islam. Alasannya, selain karena mayoritas penduduk beragama Islam, para pemilih PDI Perjuangan pada pemilu pun sebagian besar umat Islam. Begitu juga, ketika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersaing dalam pemilu presiden berpasangan dengan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, tak sedikit suara umat Islam mengalir ke pasangan ini.

Dengan membangun sayap Islam, menurut perhitungan Erwin, dukungan umat Islam ke PDI Perjuangan bakal lebih besar lagi. "Ini pertimbangan politiknya," kata Erwin kepada Noverta Salyadi dari Gatra. Sedangkan dari sisi agama, menurut Erwin, sayap "hijau" ini menjadi wadah bagi PDI Perjuangan untuk mendorong syiar Islam.

Sebagai wujud dukungan atas gagasan Chalid, Erwin lantas menjadi "comblang" untuk mempertemukan Chalid dengan Taufiq Kiemas, suami Megawati, yang juga punya pengaruh besar di PDI Perjuangan. Pertemuan pertama berlangsung di SPBU milik Taufiq di kawasan Tebet, Juli lalu. Saat itulah Chalid menyodorkan nama Baitul Muslimin untuk gagasannya.

Rupanya, Taufiq tertarik. "Wah, bagus nian, artinya rumah kaum muslim. Cocok itu," Erwin menirukan ucapan Taufiq. Sejak itulah ide kelahiran "rumah muslim" terus bergulir. Maka, dicarilah waktu yang tepat untuk mematangkan embrio sayap ini. Sampai akhirnya disepakati untuk dibicarakan pada bulan Ramadan, tepatnya pada acara buka puasa bersama.

Selain dihadiri petinggi partai, acara buka puasa itu dihadiri pula oleh Sarwono Kusumaatmadja dan Faisal Basri. Kedua politisi ini akan berebut kursi Gubernur DKI Jakarta lewat PDI Perjuangan. Selain itu, hadir juga Laode Ida, anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan Din Syamsuddin, Ketua Umum DPP Muhammadiyah.

Kehadiran Din tak sekadar menyampaikan siraman rohani. Ia juga menyatakan dukungan atas kelahiran Baitul Muslimin. "Ini sesuatu yang baik untuk syiar Islam," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia itu kepada Sholla Taufiq dari Gatra. Bagi Muhammadiyah sendiri, kata Din, kelahiran organisasi massa Islam semacam Baitul Muslimin bisa menjadi mitra.

Apakah dukungan Din akan menggiring kader Muhammadiyah menuju Baitul Muslimin? Secara diplomatis, Din menegaskan bahwa Muhammadiyah secara organisasi tidak punya hubungan dengan partai mana pun. "Tetapi memberi kebebasan kepada anggotanya untuk memilih, berjuang bersama partai politik yang sesuai dengan hati nurani. Terutama yang diyakini bisa memperjuangkan aspirasi umat Islam," katanya.

Sebetulnya bukan kali ini saja PDI Perjuangan membentuk organisasi sayap Islam. Sebelumnya mereka juga punya Jam'iyyatul Muslimin dan Majelis Muslim Indonesia. Namun perannya belum optimal. Sehingga kelahiran Baitul Muslimin, bagi Din, "Hanya revitalisasi organisasi yang ada." Akankah kemudian nasibnya sama dengan sayap Islam sebelumnya?

Hidayat Gunadi
[Nasional, Gatra Nomor 47 Beredar Kamis, 5 Oktober 2006]

No comments:

A r s i p