Thursday, August 23, 2007

Kehidupan Berbangsa

Indonesia Sedang Mulai Membangun Fondasi

Jakarta, Kompas - Setelah 62 tahun merdeka, ternyata Indonesia belum memiliki fondasi dalam berbagai bidang kehidupan. Saat ini Indonesia sedang membangun fondasi institusi dan instrumen yang memungkinkan seorang pejabat bisa bekerja dengan normal.

Demikian diutarakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam orasi ilmiahnya pada Penerimaan Penghargaan Sarwono Prawirohardjo, Rabu (22/8) di Jakarta. "Anda membayangkan kita punya fondasi yang memadai, tetapi belum. Karena itu, seluruh kinerja menjadi amburadul," ujarnya.

Sri Mulyani melanjutkan, "Kita baru saja mulai membangun fondasi. Waktu 62 tahun terlalu lama untuk belajar. Tetapi menurut saya tidak juga. Paling tidak, sekarang kita memulainya."

Sri Mulyani menegaskan, kalau negara sudah ditata dengan baik, ia sangat optimistis revenue (pendapatan) akan banyak. Setiap aktivitas akan mendapatkan revenue dan setiap aktivitas memiliki akuntabilitas.

Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana menciptakan sebuah sistem yang normal sebagai fondasi. "Saya mulai dengan pemetaan masalah, membuat peta jalan keluarnya, dan membuat studi empiris dari beberapa negara lain dan dilihat mana yang cocok dengan kita mana yang tidak," ujar Menkeu.

Fondasi lain yang oleh Sri Mulyani coba dibangun adalah pemberantasan korupsi. Komentar tentang korupsi di Indonesia, bahwa "itu kultural, deep rooted (mengakar kuat), itu sejarah, itu adalah warisan", tak digubrisnya. "Saya menganggap korupsi sebagai masalah yang logis dan biasa saja. Itu seperti masalah lain yang bisa diselesaikan," katanya.

Sri Mulyani yang memimpin tim untuk mereformasi birokrasi ini menambahkan, untuk membenahi birokrasi tak ada resep mujarab. "Kita melakukannya saja. Kesulitan reformasi adalah banyaknya orang yang punya ide tentang reformasi. Banyak yang bilang itu masalah sulit karena semua orang bisa bicara tentang reformasi birokrasi," katanya.

Bagi dia, reformasi birokrasi. termasuk di dalamnya pemberantasan korupsi, penyelesaiannya hanya membutuhkan logika sederhana. "Beri SOP (standard operating procedure) yang jelas, diberi reward, diberi punishment, dan bentuk unit untuk mengontrol tingkah laku mereka," katanya lagi. (NAW/ISW)

No comments:

A r s i p