Monday, August 13, 2007

"No!", Kata Petani kepada PM Abe

Shigeru Takatori

Pemilu Majelis Tinggi Jepang menghancurleburkan cita-cita PM Shinzo Abe untuk membangun "Negeri Indah" dengan merevisi konstitusi paksaan negara-negara Sekutu agar menjadi lebih nasionalis.

Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa kehilangan 29 kursi menjadi 83, sementara Partai Demokrat menambah 28 kursi menjadi 109 dan hampir menguasai mayoritas Majelis Tinggi yang beranggotakan 242. Kini Partai Demokrat lebih agresif mendesak agar Kabinet Abe melaksanakan pemilu Majelis Rendah lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan pada September 2008. Partai Demokrat bertekad memenangi pemilu itu dan merebut tampuk kekuasaan yang telah dinikmati LDP selama 62 tahun. Dalam kurun waktu itu satu kali LDP kehilangan kekuasaan pada tahun 1993.

Petani tinggalkan LDP

Kekalahan LDP disebabkan berbagai faktor, misalnya kecerobohan dalam menangani data pensiun yang mengakibatkan sejumlah besar orang dikhawatirkan tidak bisa menerima pensiun yang menjadi haknya.

Namun, faktor yang tidak kalah penting adalah sikap kaum petani yang mengalihkan dukungannya dari LDP ke Partai Demokrat. Ini bisa dilihat dari hasil pemungutan suara di daerah pemilihan tunggal.

Pemilu Majelis Tinggi Jepang diadakan setiap tiga tahun untuk memilih separuh dari seluruh anggota yang berjumlah 142. Di antara ketujuh puluh satu kursi yang diperebutkan itu, sebanyak 29 di antaranya dialokasikan untuk daerah-daerah pemilihan tunggal dengan hanya satu orang yang akan terpilih.

Kebanyakan daerah pemilihan ini merupakan provinsi dengan industri utama pertanian, yang jumlah penduduknya terus menurun.

Partai Demokrat menang di daerah pemilihan tunggal itu dengan memperoleh 23 kursi, sementara LDP hanya enam kursi. Ini merupakan kebalikan dari situasi enam tahun silam saat LDP menguasai 25 kursi dan Partai Demokrat hanya dua kursi.

Jika memerhatikan pemilu tiga tahun lalu, perbandingan LDP dan Partai Demokrat ialah 14:13. Dari angka-angka itu bisa dilihat peralihan dukungan dari LDP ke Partai Demokrat di daerah pemilihan tunggal itu.

Daerah-daerah pemilihan ganda, dengan lebih dari dua orang akan terpilih, meliputi kota-kota besar Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Di daerah-daerah pemilihan ganda ini, hasil yang diraih LDP tidak begitu mengecewakan, yaitu 20 (LDP) dan 23 (Partai Demokrat). Ini menambah bukti, kekalahan LDP dalam pemilu Majelis Tinggi kali ini disebabkan memberontaknya petani yang dulu merupakan pendukung setia LDP.

Partai Demokrat dan petani

Telah lama Partai Demokrat mengincar dukungan petani Jepang yang berjumlah sembilan juta. Untuk itu, Partai Demokrat mengumumkan sebuah program untuk menutupi kerugian petani apabila harga penjualan hasil pertanian mereka jatuh di bawah biaya produksi. Partai Demokrat berjanji akan mengalokasikan anggaran satu miliar yen (Rp 80 miliar) untuk program itu.

Sebaliknya, program LDP pada dasarnya membantu petani yang memiliki lahan luas. LDP bermaksud mendukung pertanian skala besar yang dapat bersaing di pasar dunia. LDP mengkritik program Partai Demokrat sebagai praktik melawan arus globalisasi pertanian. Sikap LDP ini membuat petani merasa disisihkan.

LDP, Koizumi, dan Abe

Perdana menteri sebelumnya, Junichiro Koizumi, besar jasanya dalam mengangkat ekonomi Jepang dari resesi berkepanjangan sejak awal 1990-an. Kebijakan ekonomi Koizumi mengikuti pasar bebas dengan memberikan insentif kepada pengusaha, tetapi mengabaikan hak-hak pekerja.

Lima tahun di bawah kepemimpinan Koizumi, akhirnya ekonomi Jepang mulai menampakkan pertumbuhan yang mantap. Namun, saat bersamaan, timbul jurang perbedaan kaya-miskin serta antara kota dan daerah. Kebijakan ini dilanjutkan Kabinet Abe untuk lebih memperkuat perekonomian Jepang dalam menghadapi globalisasi ekonomi yang kian meluas.

Setelah kekalahan Majelis Tinggi dalam pemilu baru-baru ini pun PM Abe tampaknya masih bermaksud tetap menjalankan kebijakan itu. Namun, dari dalam LDP sendiri terdengar suara-suara yang mendesak perubahan.

Kata No! dari para petani jelas akan memberi dampak berkepanjangan dalam politik Jepang.

Shigeru Takatori Mantan Kepala Produksi Radio NHK, Jepang; S-2 Melbourne University untuk Bidang Media Massa Indonesia

No comments:

A r s i p