Wednesday, April 16, 2008

Anwar Goyang Posisi UMNO

EPA/AHMAD YUSNI / Kompas Images
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kedua dari kanan), Senin (14/4) di Kuala Lumpur, mendengarkan keterangan dari polisi. Seyogianya oposisi melakukan aksi damai dengan turun ke jalan pada malam hari untuk merayakan pencabutan larangan berpolitik praktis bagi Anwar. Namun, aksi damai itu bubar setelah sempat berlangsung selama satu jam.
Rabu, 16 April 2008 | 01:18 WIB

Kuala Lumpur, Selasa - Posisi Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi makin tak nyaman. Mantan Wakil PM Anwar Ibrahim mengatakan, dukungan kepada oposisi makin banyak berasal dari pejabat Malaysia yang ”membelot”.

Kalau saja ia mau, Anwar yakin bisa menggulingkan pemerintahan koalisi Malaysia dalam waktu dekat. Pasalnya, mulai banyak pejabat pemerintah yang ”pindah ke lain hati” untuk memberikan dukungan kepada Anwar. ”Kini saya bisa menyatakan—untuk pertama kali—kami siap memimpin negeri ini. Kami punya daftar (para pejabat pemerintah) yang sudah diskusi dengan kami, tetapi kami tak terburu-buru,” katanya.

Pernyataan Anwar muncul saat berpidato pada peringatan kembalinya dirinya ke panggung politik, Senin (14/4). Acara yang diperkirakan diikuti 40.000 pendukung oposisi itu dihentikan polisi karena tak memiliki izin.

Di hadapan puluhan ribu pendukung kelompok oposisi itu, Anwar mengaku mampu membentuk pemerintahan yang baru karena mendapat dukungan yang memadai. Namun, ia belum akan bertindak apa pun hingga ia mendapat dukungan yang lebih banyak sehingga akhirnya bisa menjadi mayoritas absolut. ”Kami tak ingin memerintah jika jadi mayoritas hanya karena unggul dengan satu atau dua kursi,” kata Anwar.

Para pengamat menyatakan, jika pemerintahan koalisi pimpinan Badawi tak segera menyelesaikan persoalan internal partai berkuasa, eksodus pejabat pemerintah tidak akan terbendung dan akan mempercepat jatuhnya pemerintahan Badawi. Jika ini terjadi, kekuatan oposisi yang akan berkuasa. Namun, sebelum terjun mengendalikan pemerintah, kata Anwar, oposisi harus meraih mayoritas terlebih dahulu agar bisa melaksanakan berbagai program reformasi, seperti membersihkan institusi dan aparat hukum, menumpas tindak korupsi, dan menjamin adanya harmoni ras.

Menduduki posisi sebagai PM, kata para pengamat politik, sudah menjadi ambisi Anwar sejak awal, terutama sejak ditangkap dan ditahan atas kasus tuduhan korupsi dan sodomi. Sebelum ditangkap, banyak orang yakin Anwar dapat menggantikan PM Mahathir Mohammad mengingat ia pernah menjadi wakil PM pada 1990-an.

Pindah ke lain hati

Seusai acara peringatan yang dibubarkan polisi itu, Anwar mengaku, paling tidak ada 30 pejabat di koalisi Barisan Nasional yang sudah bersedia pindah ke sisi Anwar. Para pejabat dari negara bagian Sabah dan Sarawak di Pulau Borneo disebutkan telah berbicara dengan Anwar tentang hal itu. Namun, sejauh ini belum ada satu pun dari mereka yang secara resmi mengumumkan kepindahan mereka. ”Banyak anggota parlemen yang menunggu untuk melompat. Mereka akan melakukan itu semata-mata demi uang dan kekuasaan,” kata James Chin, pakar politik Monash University di kampus Kuala Lumpur.

Namun, pernyataan Anwar itu langsung dibantah Menteri Perdagangan Dalam Negeri Shahrir Samad. ”Sepengetahuan saya, tak ada satu pun anggota parlemen di pemerintahan koalisi yang akan berencana lompat,” ujarnya.

Hal senada diutarakan Timbon Herbert Lagadan, anggota parlemen Sabah. ”Klaim Anwar hanya retorika politik. Saya sangsi ia bisa mengajak anggota parlemen Sabah dan Sarawak bergabung. Anwar berbohong,” ujarnya.

Tricia Yeoh di Pusat Studi Kebijakan Publik menyebutkan, Anwar sengaja menunjukkan segala kemampuannya membentuk pemerintah untuk meyakinkan rakyat bahwa oposisi bisa menjadi pemerintah alternatif. Apalagi kini partai berkuasa tidak memiliki arah politik yang jelas. ”Barisan Nasional itu seperti kapal yang terombang-ambing di laut lepas. Kita tidak tahu siapa kapten kapal itu,” ujarnya. (AFP/AP/LUK)

No comments:

A r s i p