Thursday, April 3, 2008

Perselisihan Bush-Putin Kian Meruncing

Kamis, 3 April 2008 - 08:40 wib

BUKARES - Perselisihan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait bergabungnya Ukraina dengan NATO kian tajam.

Rencana masuknya Ukraina dan Georgia dalam keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjadi ketakutan tersendiri bagi negara- negara Eropa karena ancaman Rusia terkait destabilisasi keamanan. Bush menyatakan, seharusnya negara- negara Barat menghargai revolusi demokratis di kedua negara itu.

"Posisi AS sangat jelas, NATO seharusnya menerima Georgia dan Ukraina menjadi anggota meski Rusia menentangnya. Keanggotaan NATO harus terbuka bagi semua negara demokrasi yang siap memikul tanggung jawab bersama," ujar Bush. Bush juga mengatakan perang dingin telah usai."Rusia bukanlah musuh kita. Kita mencari kerja sama keamanan baru dengan Rusia.

"Kedatangan Putin dalam KTT NATO di Bukares, Rumania, menjadi tokoh penentu banyak permasalahan.Negara- negara anggota NATO dan Uni Soviet saling bermusuhan selama perang dingin. Dengan kehadiran Putin, KTT NATO menjadi peristiwa penting. Sosok Putin yang ditampilkan adalah pemimpin yang tidak menyukai konfrontasi di panggung dunia dan memperhatikan hubungan antara Barat dan Timur.

Jumat (4/4) mendatang, Putin hadir di Bukares membawa misi menentang rencana bergabungnya Ukraina dan Georgia dalam keanggotaan NATO.Kedua negara itu masih memiliki hubungan dengan Rusia sebagai negara bagian Soviet. Putin menegaskan, NATO harus menghentikan ekspansinya untuk negara-negara Eropa Timur yang kebanyakan masih memiliki ikatan dan pengaruh tradisional dengan Moskow.

Penolakan Rusia tidak akan berubah, meski nanti Putin lengser dan digantikan Dmitry Medvedev.Keputusan Medvedev tetap akan menentang masuknya dua negara itu ke NATO.Medvedev mengatakan, jika kedua negara itu bergabung NATO, situasi yang membahayakan akan terjadi di Eropa. Hal itu dikuatkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Dia menyebut tindakan Georgia dan Ukraina bergabung dengan NATO merupakan tindakan yang tidak tahu malu. Dia menuduh AS "menginfiltrasi" negara-negara bekas jajahan Soviet.Lavrov mengatakan ekspansi NATO tidak akan dibiarkan tanpa balasan. "Rusia akan membalas aksi itu dengan sikap pragmatis (praktis) saja,yaitu dengan memperkuat pertahanan negara dan kekuatan ekonomi," katanya.

Sayang, dia tidak menyebutkan detail apa dan bagaimana pertahanan negara dan ekonomi itu dalam pernyataannya. Juru bicara Kremlin Dmitrty Peskov mengatakan Rusia mengizinkan kapal-kapal nonmiliter melintasi wilayah teritorialnya untuk mendukung misi NATO di Afghanistan.Dia mengatakan, Moskow memiliki kepentingan dengan stabilisasi yang aman dinegara tetangganya itu.

Sekjend NATO Jaap de Hoop Scheffer mengatakan, Rusia tidak berhak memveto keputusan negara berdaulat bergabung dengan pakta pertahanan. Prancis dan Jerman memimpin negara-negara Eropa yang takut akan terjadinya destabilisasi di regional jika Georgia dan Ukraina bergabung dengan NATO.Perdana Menteri Prancis Francois Fillon mengatakan, NATO akan menghadapi ancaman keseimbangan kekuatan di Eropa dengan Rusia. (sindo//fit)

No comments:

A r s i p