Tuesday, April 15, 2008

TAJUK RENCANA

Selasa, 15 April 2008 | 00:42 WIB

Hindarkan Kekacauan

Apa yang belakangan ini hampir setiap hari kita saksikan langsung atau tak langsung lewat media? Antrean panjang rakyat untuk mendapatkan kebutuhan pokok.

Saat antre, terjadi insiden kecil dan kekesalan para pengantre, di antaranya karena sudah antre panjang berjam-jam tidak juga kebagian. Persediaan bahan yang diantre keburu habis, sementara pengantre masih berjajar. Padahal, pada berbagai kesempatan, pejabat menegaskan, persediaan cukup. Tak jemu-jemunya pula pemerintah mengingatkan para pejabat dan pegawainya agar bekerja semakin efektif.

Perlu setiap kali ada ketidakcocokan antara pernyataan dan apa yang terjadi di lapangan agar segera diperiksa bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya. Persediaan yang tak cukup dan tak tepat waktu ataukah masyarakat pengantre yang ternyata lebih banyak.

Siapa pun atau pihak mana pun yang bersalah atau melanggar ketentuan, kejadian dan insiden kekecewaan pengantre, kita khawatirkan memicu berkembangnya rasa tidak puas dan beriak menjadi insiden bentrokan dan kekerasan. Ada perasaan yang semakin menunjukkan kecemasan mudahnya timbul insiden dan kekerasan.

Padahal, kondisi krisis dalam berbagai persediaan dan harga keperluan bahan-bahan pokok itu masih akan berlanjut. Setiap hari oleh para pakar ekonomi-keuangan pada tingkat nasional dan internasional kita diingatkan perihal masih akan berlanjutnya kondisi ekonomi-keuangan global yang menyesakkan akhir-akhir ini.

Di negeri ini berbagai kesulitan hidup sehari-hari berjumpa pula dengan berbagai persoalan lain yang pertemuan dan perjumpaannya di tengah masyarakat terbuka membuat kondisi dan situasi lebih peka.

Sebagai contoh, belum selesai diproses kasus yang menyangkut pejabat dari Kejaksaan Agung, menyusul kini kasus tertangkap basahnya anggota DPR. Bahkan diberitakan, kasus yang menyangkut DPR itu diindikasikan melibatkan beberapa anggota lagi.

Semrawut amat suasana kita! Belum lagi akan semakin tibanya koinsidensi dengan suasana politik yang disebabkan oleh kondisi dan situasi semakin kompetitif dan memanas menjelang pemilu untuk anggota DPR dan presiden serta wakil presiden.

Mudah-mudahan kondisi dan perspektif yang kita kemukakan itu berlebihan atau kelewat dicari-cari. Akan tetapi, lebih baik kita mencegah dari menghadapi, tak ada salahnya perspektif di atas kita kemukakan.

Masuk akal jika pemerintah berada paling depan dalam mengamati dan mencegah terjadinya hal negatif dan destruktif semacam itu. Apalagi dalam prinsip, kerangka, serta semangat demokrasi, hal-hal itu juga merupakan tanggung jawab lembaga-lembaga lain, seperti DPR, parpol, dan kita serta kelompok-kelompok masyarakat kepentingan dan masyarakat madani. Aktual dan relevan kebajikan dan kebijakan pemerintah itu melihat ke depan agar bisa menghindari dan mencegah.

No comments:

A r s i p