Wednesday, June 20, 2007

Hasil Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI):
"Mempertimbangkan Kemb
ali Perwakilan Rakyat dalam Partai Politik"

Pada Hari Selasa (27/03) bertempat di Ruang Jayakarta, Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Lembaga Survei Indonesia (LSI) kembali mempublikasikan hasil temuan survei LSI yang bertajuk “Mempertimbangkan Kembali Perwakilan Rakyat dalam Partai Politik”. Ini merupakan hasil survei yang diadakan LSI pada tanggal 15-24 Maret 2007. Pembicara kali ini adalah DR. Syaiful Mujani (Direktur Eksekutif LSI), Syamsul Muarif (Ketua DPP Partai Golkar), Anas Urbaningrum (Ketua DPP Partai Demokrat), dan Yasonna Laoly (Anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P).

LSI menggunakan sampel sebanyak 1.238 orang dengan margin of error +/- 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%, dan metodologi yang digunakan adalah multistage random sampling. Responden tersebar di 33 propinsi dengan jumlah responden yang proporsional sesuai dengan jumlah penduduk di masing-masing propinsi.

Hasil survei LSI kali ini cukup mendapat sorotan karena menurut hasil temuan LSI hanya 23% dari total responden yang mengidentifikasikan dirinya/merasa dekat dengan sebuah partai politik. Hal ini menjadikan peta kekuatan partai politik cair sehingga tingkat kepastian politik rendah pula.

Selain itu, 65% responden juga menyatakan bahwa sikap dan perbuatan partai politik selama ini tidak mewakili kepentingan, aspirasi, dan keinginan mereka. Temuan lain adalah sebanyak 53% responden menyatakan setuju bahwa partai politik hanya melayani kelompok-kelompok tertentu dan 54% responden menyatakan setuju bahwa keputusan yang dibuat partai politik sering tidak memperhatikan keinginan rakyat. Temuan ini tentu bisa menjadi sebuah “lampu kuning” bagi seluruh partai politik di Indonesia. Ini merefleksikan adanya kelemahan atau kekurangan yang harus segera ditangani dan ditindaklanjuti oleh partai politik yang ada. Karena dampaknya selain rendahnya dukungan terhadap partai politik, hal ini juga dapat mempengaruhi perolehan suara partai politik pada pemilu 2009 nanti.

Hasil survei LSI kali ini juga membuktikan bahwa survei yang diadakan LSI bukan merupakan survei “pesanan” atau hasil survei LSI hanya menguntungkan kelompok-kelompok atau partai politik tertentu. Hasil survei LSI kali ini menunjukkan bahwa partai politik yang pada survei-survei sebelumnya (khususnya hasil survei akhir tahun 2005, yakni Golkar dan Partai Demokrat) memperoleh raport atau nilai yang cukup baik, kali ini harus menerima kenyataan bahwa nilai atau tingkat kepuasan rakyat terhadap partai-partai tersebut terus turun dari bulan ke bulan. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan baik oleh pemerintah ataupun partai politik yang nampaknya tidak sejalan dengan keinginan atau di luar harapan rakyat.

Pada survei kali ini juga menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden SBY dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap keduanya terus menurun dari bulan ke bulan. Ini merupakan titik terendah semenjak keduanya dilantik dua tahun yang lalu.Jika pada bulan Desember keduanya mendapatkan nilai yang cukup baik (67 % untuk SBY & 62% untuk JK), namun pada survei kali ini keduanya hanya mendapatkan nilai 49,7% untuk SBY dan 46,9% untuk JK. Ini tentu merupakan peringatan serius bagi keduanya karena angka tersebut sudah berada di bawah batas psikologis yakni 50%. Penurunan tingkat kepuasan terhadap keduanya senantiasa berbanding lurus, artinya jika nilai SBY naik, maka nilai JK juga ikut naik. Hal ini menunjukkan bahwa SBY dan JK (Presiden dan Wapres) dipandang masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak dipisahkan satu sama lainnya. Penurunan ini lagi-lagi sejalan dengan presepsi masyarakat mengenai kondisi ekonomi sekarang ini, dimana saat kondisi ekonomi dipresepsikan semakin memburuk maka tingkat kepuasan terhadap keduanya pun akan ikut turun. Menurut hasil survei kali ini 54% responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi sekarang lebih buruk dibanding tahun lalu dan hanya 23% responden yang menyatakan bahwa keadaan ekonomi sekarang lebih baik daripada tahun lalu.

Implikasi lain dari menurunnya tingkat kepuasan terhadap kinerja SBY adalah semakin merosotnya perolehan suara Partai Demokrat kalau pemilu dilakukan sekarang. Hanya 10,4% responden yang akan memilih Partai Demokrat kalau pemilu dilangsungkan sekarang. Partai politik yang berpotensi diuntungkan dari kondisi ini adalah PDI-P yang merupakan partai oposisi dan dianggap lebih representatif, yang perolehan suaranya cenderung meningkat jika pemilu dilakukan sekarang. Posisi PDI-P kali ini juga merupakan posisi tertinggi dalam dua tahun terakhir (20%). Survei ini juga menunjukkan angka dimana partai nasionalis seperti Golkar, Partai Demokrat dan PDI-P mendapat dukungan paling banyak sebanyak 45% dari responden. Manakala partai PAN dan PKB jika digabungkan mendapat 10.5% suara dari responden. Sedangkan bagi partai yang berbasis Islam (PKS dan PPP) memperoleh 9.9% dukungan dari responden seandainya pemilu diadakan hari ini. Bagi PKS, hal ini tentunya harus diperhatikan dengan lebih serius, mengingat jika mereka ingin mencapai target mereka, maka mereka harus membenahi partainya. Hal yang hampir serupa juga berlaku bagi PKB. Jika PKB ingin memperoleh suara dua kali lebih banyak dari sekarang, maka mereka perlu bekerja dengan lebih keras lagi. Terlebih lagi, sebanyak 30.6% tidak memberikan pilihannya, hal ini cenderung berarti bahwa mereka tidak akan memilih pada saat pemilihan nanti.

Menanggapi hasil survei tersebut, Anas Urbaningrum menyatakan bahwa dengan angka yang sudah melewati batas psikologis tersebut bisa menjadi wake-up call bagi Pemerintah dan partai politik, khususnya Partai Demokrat. Angka 49,7% menjadi angka yang sangat penting untuk “menjadi titik picu dan titik pacu bagi presiden dan wakil presiden untuk semakin meningkatkan kinerjanya”. Namun ia juga mengatakan bahwa ada gap atau jarak antara persepsi publik dan fakta-fakta yang dilakukan oleh parpol. Hal senada juga disampaikan oleh Syamsul Muarif. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa partai politik harus memperbaiki citranya di mata masyarakat.

Link: http://www.lsi.or.id/riset/215/tiga-tahun-parpol-indonesia-representasi-aspirasi-publik

Yos C. Kenawas

Praktikan Friedrich-Naumann-Stiftung Indonesia

No comments:

A r s i p