Monday, June 25, 2007

Ideologi Bangsa

Pancasila Harus Dijauhkan dari Kepentingan Kekuasaan

Bandung, Kompas - Pancasila harus dijauhkan dari kepentingan kekuasaan para politisi. Salah satu penyebab pudarnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat adalah politisasi Pancasila untuk kepentingan kekuasaan.

Demikian pokok pikiran yang mengemuka dalam seminar nasional bertema "Revitalisasi Pancasila dalam Kehidupan Bangsa yang Multikultur dan Multireligi", yang diselenggarakan di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Kamis (21/6).

Hadir sebagai pembicara adalah mantan Presiden Abdurrahman Wahid; guru besar Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Prof Dr Abdul Munir Mulkan; dan Direktur Pusat Sejarah dan Etika Politik Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Baskara Tulus Wardaya SJ.

"Pancasila dan nilai-nilainya hanya akan tetap menjadi baik kalau lepas dari kekuasaan apa pun," kata Abdurrahman.

Dia menekankan, pudarnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat terlihat dari gugatan berbagai kelompok masyarakat mengenai keberadaan Pancasila yang dianggap sudah tak sesuai dengan perkembangan zaman. Munculnya gugatan ini sebetulnya berawal dari kelirunya metode penyampaian materi pada Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) saat Orde Baru. "Penataran yang dilakukan dengan cara-cara yang membosankan itu menggagalkan tujuan untuk membumikan nilai-nilai Pancasila," kata Abdurrahman.

Sementara itu, Abdul Munir Mulkan berpendapat, konsensus nasional ternyata tidak cukup untuk mendorong setiap warga negara merujuk Pancasila dalam setiap tindakannya dan menjadikan Pancasila sebagai nilai hidup. Untuk itu, Pancasila tidak hanya perlu diajarkan di dalam kelas, tetapi juga harus dibuat kurikulum yang memberikan ruang bagi peserta didik di sekolah atau perguruan tinggi untuk mendapatkan pengalaman empiris di lapangan.

"Orang yang sudah merasa nyaman jarang yang bisa tersentuh dengan permintaan bantuan orang lain. Namun, orang yang kesulitan hidup, dia akan mudah memberikan pertolongan karena dia sendiri merasakannya," kata Abdul Munir. (aha)

No comments:

A r s i p