Sunday, June 17, 2007

Ideologi di Tengah Arus Global

Oleh Septina Nafiyanti

Selama puluhan tahun kita telah mengakui satu ideologi yang terpatri dalam Pancasila. Selama itu pula bangsa Indonesia berdiri sebagai negara dengan jati diri seperti yang tertuang dalam isi Pancasila.

Namun, seiring berubahnya waktu, ideologi tersebut mulai terkikis oleh perkembangan zaman.

Derasnya arus global telah mengubah pola pikir masyarakat Indonesia menjadi lebih individualis. Tak heran jika persatuan yang tertuang dalam teks Pancasila poin ketiga mulai terkikis oleh sifat tersebut.

Kuatnya persaingan global yang menuntut bangsa Indonesia terjun ke arena persaingan justru ditanggapi dengan sikap modernisme yang kian melenceng. Pasalnya mereka justru lebih menerima pengaruh dari luar tanpa memerhatikan jati diri dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila. Seperti halnya sekularisme yang pernah menjadi musuh bangsa Indonesia karena bertentangan dengan ideologi pun kini mulai ditoleransi. Sungguh pergeseran budaya yang sangat luar biasa, ideologi yang dulunya terpatri dalam setiap napas bangsa Indonesia dianggap sebagai ideologi kuno dan ketinggalan zaman.

Tak hanya itu saja, sikap wakil rakyat yang ingin berbuat semaunya juga merupakan suatu penyimpangan dari isi Pancasila poin keempat.

Bagaimana tidak, jika kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan diganti dengan kerakyatan yang dipimpin dalam kewenangan dan perwakilan. Perubahan ideologi tersebut terlihat jelas ketika DPR sebagai wakil rakyat mengambil keputusan untuk menuntut fasilitas pribadi tanpa adanya kesepakatan rakyat.

Fenomena tersebut telah memorak-porandakan nilai luhur bangsa yang dulunya diperjuangkan oleh pendahulu-pendahulu kita. Jika kita teringat sejarah penetapan Pancasila sebagai ideologi bangsa, maka kita juga akan mengingat bagaimana pejuang kita dulu berkali-kali mengajukan teks dan memusyawarahkan bersama untuk mencari ideologi yang paling tepat dari berbagai macam etnis di Indonesia. Ideologi tersebut merupakan final dari pencarian jati diri, melihat kondisi bangsa Indonesia yang plural.

Di tengah derasnya arus global seperti saat ini seharusnya nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat penting untuk dipertahankan karena nilai-nilai tersebut tidak akan pernah terkikis oleh waktu dan akan selalu relevan dengan kondisi bangsa Indonesia kapan pun. Kesadaran masing-masing individu akan pentingnya nilai- nilai luhur bangsa sangat diperlukan. Ini karena lahirnya ideologi tersebut juga merupakan awal dari komitmen bangsa Indonesia untuk mengawali langkah menuju bangsa yang seutuhnya.

Septina Nafiyanti Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus, Ngembal, Kudus

No comments:

A r s i p