Wednesday, June 6, 2007

Asumsi Makro-ekonomi Tahun 2008 Disepakati
BI: Pertumbuhan 2007 Bisa Lebih Tinggi

Jakarta, Kompas - Komisi XI DPR dan pemerintah menyepakati asumsi makro-ekonomi bidang keuangan tahun 2008 seperti pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,5-6,9 persen dan inflasi pada kisaran 5,5-6,5 persen. Selain itu, rata-rata suku bunga SBI tiga bulan di kisaran 7-8 persen.

Sementara rata-rata nilai tukar Rp 9.100-Rp 9.400 per dollar AS. Disepakati juga supaya pengurangan jumlah pengangguran dan kemiskinan dimasukkan dalam pertimbangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2008.

Kedua kesepakatan tersebut dibacakan oleh Wakil Ketua Komisi XI DPR Olly Dondokambey sebagai kesimpulan dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta, serta Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, Senin (4/6) di Jakarta.

"Komisi XI DPR dan pemerintah serta BI sepakat untuk merekomendasikan asumsi dasar ekonomi makro 2008 tersebut kepada Panitia Anggaran DPR untuk dijadikan dasar pembahasan RAPBN 2008," kata Olly.

Selain besaran makro-ekonomi tersebut, masih ada yang belum disepakati, yakni harga minyak per barrel dan lifting minyak per hari yang masih akan dibahas dengan Komisi VII DPR.

Sebelumnya, pemerintah mengajukan asumsi pertumbuhan pada kisaran 6,6-7,0 persen. Namun, asumsi itu dianggap terlalu tinggi dan terlalu optimistis. Oleh sebab itu, ujar Olly, Komisi XI DPR mengajukan angka pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,5-6,9 persen.

Menteri Keuangan mengatakan, pemerintah setuju untuk menurunkan kisaran pertumbuhan ekonomi 2008 ke 6,5-6,9 persen, tetapi harus disesuaikan juga angka inflasi dan rata-rata suku bunga SBI tiga bulan.

Dia menambahkan, untuk kisaran inflasi, bisa digunakan asumsi BI, yakni 5 plus minus 1 persen atau jika ingin lebih moderat, pemerintah bisa menggunakan kisaran yang lebih lebar, yakni 5,5 sampai 6,5 persen.

Adapun untuk rata-rata SBI tiga bulan juga bisa diturunkan karena inflasi diperkirakan bisa lebih rendah.

Masih ada ruang gerak

Sementara itu, Miranda berpendapat, sebenarnya masih ada ruang gerak untuk pertumbuhan yang lebih tinggi. "Ada ruang gerak untuk melakukan adjustment terutama melihat kondisi pertumbuhan ekonomi tahun 2007," katanya.

Dia menambahkan, pada awal tahun, BI merasa pertumbuhan 6 persen akan sangat berat bisa dicapai pada akhir tahun 2007. Namun, data terakhir menunjukkan tahun ini pertumbuhan bisa agak lebih tinggi atau mendekati batas atas dari prediksi BI yang kisarannya 5,7-6,3 persen.

"Jadi, dari 6 persen sudah bergeser ke 6,2 persen. Ini tentunya juga memengaruhi prediksi kami untuk tahun 2008. Dalam usulan kepada pemerintah dan dalam pandangan yang disampaikan kepada Panggar maupun Komisi XI DPR, kami masih bisa memakai pertumbuhan 6,2-6,8 persen dengan titik tengah 6,5 persen. Saya rasa ini angka yang cukup bermakna dalam mendongkrak dinamika pertumbuhan akhir- akhir ini," ujarnya.

Namun, BI akan tetap berhati- hati dengan melihat keterbatasan lainnya dalam hal pertumbuhan ekonomi. "Oleh sebab itu, kami melihat yang mungkin masuk akal untuk dipakai sebagai asumsi pertumbuhan, yakni 6,2-6,8 persen," katanya. Soal inflasi, BI masih akan memakai kisaran 5 plus minus 1 persen, sedangkan untuk rata-rata SBI tiga bulan di kisaran 7-8 persen. (TAV)

No comments:

A r s i p