Saturday, October 20, 2007

Indonesia Butuh Pemimpin yang Kuat


Jakarta, Kompas - Saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat. Banyak masalah mendasar dalam bidang politik dan ekonomi yang tidak dapat diselesaikan secara tambal sulam dan dengan memakai pendekatan yang kompromistis.

"Pemimpin yang kuat ini dalam arti, ia adalah pemimpin yang taat terhadap konstitusi dan dapat mempertahankan visinya yang besar tanpa harus terganggu oleh berbagai kepentingan atau isu yang sebenarnya tidak perlu," papar Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif, Jumat (19/10) di Jakarta.

Masalah politik yang sekarang mendesak diselesaikan, menurut Yudi, terkait dengan reformasi di birokrasi. Sebagai pelaksana kebijakan pemerintah, birokrasi harus dibuat efisien dan efektif dengan orientasi kerja utama pada kesejahteraan rakyat.

"Sistem pertahanan negara juga harus diubah dari yang berorientasi daratan menjadi laut. Pertahanan teritorial harus ditempatkan di pulau terdepan. Ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga sebenarnya kita dapat hidup jika kekayaan laut dimanfaatkan secara maksimal," tambah Yudi.

Masalah besar di bidang ekonomi, menurut Yudi, adalah membebaskan Indonesia dari jebakan utang. "Isu pemanasan global sebenarnya membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang diperhatikan dunia karena memiliki hutan yang amat berperanan di dunia. Pemerintah seharusnya dapat memanfaatkan keadaan ini untuk menegosiasikan kembali berbagai utang yang ada," papar dia.

Perdagangan antarpulau

Sumber daya ekonomi di sejumlah daerah juga harus lebih dikembangkan. Sebab, sejarah menunjukkan, Indonesia dapat berkembang dengan perdagangan antarpulau. Jika hal ini kembali diintensifkan, dipastikan banyak ketergantungan dari negara lain yang dapat dikurangi.

"Sekarang kita juga sudah masuk dalam era ekonomi yang kreatif, sehingga jangan sampai ada lagi ekspor kayu gelondongan, karena segala kegiatan harus diusahakan mendapat keuntungan ekonomi yang semaksimal mungkin," ucap Yudi.

Yudi mengakui, memang cukup sulit untuk mendapatkan pemimpin yang dapat melakukan berbagai hal di atas. Namun, setidaknya, dia punya visi yang besar tentang hal itu. Dia juga harus berani melepaskan diri dari berbagai kepentingan politik yang ada di belakangnya sehingga dapat membentuk kabinet yang kecil, tetapi terdiri dari ahli untuk melaksanakan visi besarnya itu.

Direktur Eksekutif Lead Institute Bima Arya Sugiarto menambahkan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menanamkan nilai baru di masyarakat pula. "Kita tidak cukup dengan pemimpin yang dapat memenuhi kebutuhan jangka pendek masyarakat. Namun, kita juga butuh pemimpin yang dapat memberi kesadaran tentang hal-hal yang lebih substansial seperti bagaimana menghargai prestasi dan menempatkan materi di posisi yang seharusnya," tutur dia.

Yudi dan Bima tak mempersoalkan apakah pemimpin yang kuat itu berasal dari kalangan militer atau sipil. Ini senada dengan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Kamis, yang meminta semua pihak tidak perlu lagi mempersoalkan apakah seorang calon pemimpin di negeri ini berlatar belakang sipil atau militer (purnawirawan). Dikotomi itu tak ada lagi. (nwo/dwa)

No comments:

A r s i p