Saturday, October 20, 2007

Kekuasaan dan Manuver Politik


Prudensius Maring

Perspektif dan tujuan kekuasaan yang bekerja dalam pikiran seseorang atau kelompok tertentu menentukan mekanisme, strategi, dan taktik mewujudkan kekuasaan.

Kekuasaan bisa dipahami sebagai kompleks strategi untuk mendorong tindakan pihak lain agar patuh dan mendukung penguasa. Kepatuhan dan dukungan diperlukan guna mewujudkan tujuan kekuasaan.

Tujuan itu selalu ada pada titik kritis antara hasrat merebut kekuasaan dan tujuan menyejahterakan rakyat. Saat hasrat "berkuasa" tampil lebih dominan, tujuan kekuasaan untuk menyejahterakan rakyat dicederai. Ini tecermin dalam praktik dan manuver politik yang dijalankan.

Manuver bursa calon presiden yang gencar dilakukan beberapa tokoh dan partai politik menunjukkan kesenjangan antara hasrat berkuasa dan tujuan kekuasaan bagi rakyat.

Hal itu terjadi karena manuver politik digulirkan saat pemerintahan berkuasa masih memiliki waktu dua tahun untuk berkonsentrasi menata keterpurukan sosial-ekonomi.

Alasan demokrasi

Apa yang dilakukan tokoh dan partai politik bisa mengandung ragam tafsir dan makna. Di ruang paling dalam, manuver bisa berarti kegelisahan politik dan ancang-ancang merebut "kursi" kekuasaan. Namun, dengan alasan wacana dan pendidikan politik, perilaku yang dipertontonkan diklaim menyumbang proses demokrasi di negeri ini.

Pandangan masyarakat dimobilisasi dan dilokalisasi dalam kerangka kepentingan demokrasi. Tujuannya untuk mendapat legitimasi dan melembagakan (institutionalize) hasrat kekuasaan para tokoh dan partai politik.

Dengan dasar itu, hasrat kekuasaan pribadi menjadi anonim dan terselubung. Mereka bergerilya bebas dan berlindung di balik alasan demokrasi dan kepentingan rakyat.

Manuver bursa calon presiden sulit dibendung dan banyak pihak mengambil manfaat darinya. Ini mengingatkan konsep Michel Foucault (1980), kekuasaan itu bersifat dinamis, terus diproduksi dan direproduksi. Ia tidak berasal dari satu arah, tetapi datang dari berbagai hubungan kekuasaan yang bisa muncul dalam cara menekan atau persuasif.

Namun, sikap kritis terhadap manuver tetap diperlukan. Titik masuk untuk menggugat manuver kekuasaan adalah dengan mempertanyakan tujuan yang diperjuangkan dari manuver bursa calon presiden. Jika kita berlindung di balik tujuan menyejahterakan rakyat, bukankah tujuan itu sedang dijalankan pemerintahan yang masih berkuasa?

Realitas keterpurukan sosial-ekonomi yang melanda bangsa ini memberi alasan mempertanyakan implikasi manuver politik terhadap konsentrasi pemerintah dan rakyat. Tanpa memperhitungkan itu, manuver yang terjadi menguatkan kesan, tokoh dan partai politik kita mengutamakan perebutan kekuasaan.

Persuasif dan santun

Menggugat manuver bursa calon presiden akan diperhadapkan pada alasan pendidikan politik dan wacana demokrasi. Namun, bukankah wacana demokrasi adalah mekanisme dan strategi kekuasaan yang bekerja mewujudkan hasratnya. Tanpa kesantunan, ia bisa mengganggu konsentrasi kerja pemerintah dan mengalihkan perhatian rakyat.

Riwayat kabinet berbasis kekuatan partai politik bisa berkonstraksi saat manuver partai politik kian gencar. Infrastruktur yang dimiliki tokoh dan partai politik bisa memobilisasi perhatian masyarakat dari aksi pemulihan sosial-ekonomi menuju janji-janji baru. Pemerintahan berkuasa bisa menjadi sasaran kritik lawan politik.

Sinyalemen itu terlihat melalui maraknya penggalangan kekuatan dan provokasi politik. Karena itu, sikap Presiden Yudhoyono dan sejumlah kalangan untuk "diam" dan berkonsentrasi menjalankan tugas menunjukkan praktik kekuasaan yang santun meski sikap itu menguatkan kesan lamban dan ragu, seperti sering dituding banyak pihak (Kompas, 6/10/2007).

Ini bukan apresiasi tim sukses, tetapi sebagai rakyat yang berhak menagih komitmen pemulihan sosial-ekonomi. Apalagi, dalam perhitungan politik kekuasaan, langkah Yudhoyono merupakan pilihan rasional. Pernyataan "masih konsentrasi menjalankan tugas" adalah strategi kekuasaan berwajah persuasif yang bisa menarik simpati dan dukungan, saat rakyat kian kritis menilai.

Jika itu jalan yang efektif dan tidak boros energi, mengapa kita tidak menempuhnya? Foucault membuktikan, mekanisme dan strategi kekuasaan bersifat persuasif efektif mendorong dan menekan struktur tindakan pihak lain. Strategi ini mendorong pihak lain masuk dalam kepatuhan kepada pihak berkuasa. Dengan itu, kekuasaan memancarkan nuansa positif dan produktif.

Gagasan ini bermaksud mengingatkan agar manuver politik tidak mencederai langkah pemerintah dalam menata keterpurukan sosial-ekonomi. Kita perlu memelihara strategi kekuasaan secara persuasif dan santun guna mengarahkan semua kekuatan untuk menyejahterakan rakyat.

PRUDENSIUS MARING Mahasiswa S-3 Antropologi Universitas Indonesia; Menekuni Disertasi "Dinamika Kekuasaan, Perlawanan, dan Konflik Sosial"

No comments:

A r s i p