Tuesday, October 9, 2007

TAJUK RENCANA


Konsolidasi Partai Demokrat

Tekanan politik yang dihadapi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaksa dirinya melakukan konsolidasi. Sabtu, ia kumpulkan kembali Tim Sukses 2004.

Meski sebelumnya menyatakan akan lebih berkonsentrasi menyelesaikan tugas kenegaraan yang masih dua tahun berjalan, rupanya berbagai kondisi terakhir membuat Yudhoyono tidak bisa tidak harus memikirkan posisi politiknya. Salah satu yang paling mengganggu adalah hasil survei Lingkaran Survei Indonesia yang mengatakan popularitas dirinya tinggal 35,3 persen.

Kita tahu betapa citra merupakan sesuatu yang sangat penting bagi Presiden Yudhoyono. Itulah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dirinya dalam memenangi pemilihan presiden tahun 2004.

Hasil survei yang dikeluarkan LSI di satu sisi memang memberikan efek yang kurang menguntungkan bagi Presiden Yudhoyono. Bagaimana di saat pemerintahannya masih berjalan dua tahun lagi, popularitasnya merosot tajam. Namun, di sisi lain, hasil survei itu tentunya memberi masukan yang bagus bagi Presiden Yudhoyono. Bahwa pada akhirnya yang diharapkan rakyat terutama dari incumbent adalah hasil kerja yang bisa dirasakan.

Masa dua tahun yang tersisa merupakan masa-masa yang menentukan bagi Presiden. Apabila dalam waktu yang tersisa mampu menjalankan kebijakan yang efektif dan menghasilkan karya yang bisa meningkatkan perbaikan perikehidupan rakyat banyak, maka bukan hanya popularitasnya saja yang akan kembali meningkat, tetapi juga dukungan bagi berlanjutnya kepemimpinan dirinya.

Bagi pemimpin yang sedang memegang tampuk kekuasaan, yang dinilai oleh rakyat memang bukan lagi janji apa yang hendak dilakukan. Rakyat lebih melihat apa yang sudah dilakukan dan bagaimana hasilnya.

Karena itu, yang jauh lebih penting dilakukan Presiden Yudhoyono adalah bagaimana membuat kinerja pemerintahan jauh lebih baik. Bagaimana membuat para menteri bisa melaksanakan tugas yang bukan hanya sejalan dengan apa yang dibutuhkan rakyat, tetapi hasilnya bisa dirasakan segera oleh rakyat.

Sementara konsolidasi ke dalam Partai Demokrat lebih ditujukan bagaimana bisa kembali meraih kepercayaan dari rakyat. Tanpa keberhasilan Partai Demokrat untuk bisa meraih 15 persen suara pada pemilihan umum legislatif, mereka tidak bisa berjalan sendiri untuk kembali mengajukan Yudhoyono sebagai calon presiden. Dengan jumlah partai yang diperkirakan akan banyak untuk bersaing pada Pemilu 2009, tugas yang diemban Partai Demokrat sangatlah berat.

Para pesaing Yudhoyono ibaratnya tinggal menunggu kelengahan dari Partai Demokrat dan Presiden Yudhoyono sendiri dalam menjalankan tugas keseharian. Setiap kegagalan yang dilakukan merupakan modal untuk memenangi persaingan pada Pemilu 2009.

Memang tidak mudah bagi Presiden Yudhoyono maupun Partai Demokrat untuk melakukan pembalikan keadaan. Namun, hal itu juga bukan mustahil untuk dilakukan sepanjang disadari ada yang tidak efektif dilakukan sepanjang tiga tahun terakhir ini.

***

Dua Persoalan Besar Malaysia

Tidak setiap pemimpin berani bicara apa adanya. Berbicara jujur, terus terang, apa adanya membutuhkan keberanian, untuk menanggung segala risikonya.

Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dengan jujur mengakui bahwa masalah ras dan agama masih menjadi soal di negerinya. Bahkan, kadang-kadang, isu tersebut membuat bangsa "hampir hancur", seperti dikutip koran Sunday Star, Minggu.

Badawi menyadari bahwa bicara apa adanya itu bisa menyakitkan. Akan tetapi, ia pun memahami bahwa ketidakjujuran, kepura-puraan, bisa meruntuhkan bangunan fitrah manusia. Karena itu, ia tidak menutupnutupi sekadar memberikan penghiburan.

Bicara masalah ras dan keagamaan memang bisa menimbulkan salah pengertian, salah sangka, dan bahkan tidak jarang memicu terjadinya perpecahan. Hal itu terjadi karena adanya ketidakjujuran, ketidaktulusan, dalam hubungan antaras dan antaragama.

Akan tetapi, hanya dengan berbicara jujur, terbuka, yang semula menjadi persoalan itu akan dapat dicarikan jalan penyelesaiannya. Badawi tidak menutup-nutupi bahwa Malaysia masih bersoal dalam urusan ras dan agama. Selama ini kita juga paham bahwa dalam banyak hal, entah itu di bidang ekonomi maupun politik, ras Melayu (50,4 persen)-lah yang lebih diuntungkan dibandingkan ras-ras lain, seperti India (7,1 persen) dan China (23,7 persen). Penduduk Malaysia 24,8 juta jiwa.

Hal itu yang menghambat kemajuan Malaysia. Badawi mengatakan, apabila masalah ras dan agama masih menjadi persoalan, keinginan Malaysia menjadi kekuatan ekonomi ketiga di Asia tak akan dapat diwujudkan.

Kalau keberadaan ras dan agama harus dibela dengan kekerasan, pertanyaannya adalah apakah sumbangannya terhadap peradaban manusia? Rasa saling curiga tidak boleh dibiarkan berlanjut dan berlarut-larut. Kecurigaan akan menghasilkan ketidakjujuran dan ketidaktulusan sehingga meremukkan tubuh dan jiwa bangsa.

Pluralisme agama, ras, dan budaya sejak ribuan tahun silam sudah merupakan fakta nyata dalam sejarah. Hal tersebut harus diakui, dihormati, dan juga disyukuri. Mengapa? Sebab, apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas, fenomena tersebut telah memperkaya bangunan kemanusiaan universal.

Itulah yang harus dipelihara dan dipupuk terus-menerus, dengan kejujuran, ketulusan, kebersihan hati. Sebab, ketulusan sejati sulit dijumpai di dalam peradaban modern sekarang ini.

No comments:

A r s i p