Sunday, October 7, 2007

kepartaian
PAN Tak Punya Beban Sejarah

Jakarta, Kompas - Partai Amanat Nasional tidak punya beban sejarah yang bisa menjadi kendala psikologisnya untuk mendekati semua unsur di masyarakat, termasuk kelom- pok nahdliyin dan aktivis mahasiswa.

"Orangtua saya juga nahdliyin, dan saya tinggal dan besar di lingkungan nahdliyin, jadi sangat mengenal kalangan nahdliyin. Saat yang sama, saya juga menjadi keluarga besar Muhammadiyah karena ibu di Aisyiyah," ujar Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir di Jakarta, Senin (1/10), dalam sambutan dialog peluncuran buku Gerakan Aktivis Muda karya M Yudhie Haryono.

"Kalau Anda ingin reformasi ini berlanjut, bergabunglah dengan PAN yang sudah terbuka dan memberikan kesempatan kepada anak muda untuk tampil. Apalagi, caleg PAN nantinya tidak berdasarkan nomor urut, tetapi jumlah suara terbanyak," ujarnya.

Gerakan mahasiswa saat ini, menurut Soetrisno, mengalami penurunan yang signifikan. Isu demonstrasi dilakukan secara sporadis, bahkan sering kali mengada-ada.

"Ini karena era reformasi sudah mengubah banyak hal. Aktivis mahasiswa kehilangan isu represif dan otoriter yang menjadi arus utama aktivis tahun 1970-1980-an," ujarnya.

Tidak heran kalau provokasi dan model aksi masa lalu, menurut Soetrisno, tidak laku dijual kepada masyarakat. Apalagi, masyarakat sekarang sedang membutuhkan perubahan agar lebih sejahtera.

"Dalam memilih calon pemimpin ke depan, PAN mengutamakan anak muda, mantan gubernur, atau wajah baru. Jadi, jangan memilih wajah lama yang sudah terbukti gagal," ujarnya.

Mantan aktivis Fadjroel Rachman mengatakan, kemacetan kaderisasi sebenarnya hanya terjadi di politik. Di dunia kampus dan bisnis, regenerasi itu sudah terjadi. "Wilayah politik memang paling sial karena tertekan pada masa pemerintahan Soeharto dan terbawa hingga kini," ungkapnya.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, UU Politik yang ada sekarang pun sebenarnya kurang peduli pada anak muda. "Aturan dalam pemilihan anggota KPU mensyaratkan usia minimal 35 tahun. Padahal, pendiri bangsa ini pada usia yang jauh lebih muda sudah memimpin gerakan dan bangsa," ujarnya.

Menurut Ray, anak muda juga kurang memiliki rasa percaya diri dan tidak mau mengambil risiko. (MAM)

No comments:

A r s i p