Sunday, October 7, 2007

Sutiyoso Yakin, Akbar Tandjung Pikir-pikir
PAN Belum Tentukan Siapa Capres 2009

Jakarta, Kompas - Walaupun masih dua tahun mendatang, bursa calon presiden untuk Pemilihan Presiden 2009 sudah mulai tampak.

Gubernur DKI Jakarta yang juga Ketua Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia Sutiyoso, misalnya, yakin akan ada kereta partai politik yang mendekat guna mengusung dirinya maju pada Pemilu Presiden 2009.

"Aku akan berdiri kesatria di lapangan, pasang tameng. Saya lihat ada kereta atau tidak yang mendekat. Pasti ada kereta yang mendekat. Silakan mau pilih gareng, bagong, atau saya kesatria," kata Sutiyoso, Jumat (28/9). Dia menjawab wartawan tentang kesiapannya menantang Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, dan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden di Pemilu Presiden 2009.

Pernyataan itu disampaikan Sutiyoso saat menghadiri dialog publik yang diadakan Fraksi Partai Amanat Nasional di Gedung DPR, Jumat (28/9). Dalam acara yang dipandu Ketua Fraksi PAN Zulkifli Hassan, hadir juga Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir dan Ketua Majelis Pertimbangan PAN AM Fatwa.

Sutiyoso juga menegaskan dirinya tidak mau mendirikan partai. "Kereta sudah banyak, buat apa bikin kereta lagi, wong saudaraku banyak," ujarnya.

Sementara Soetrisno mengatakan, PAN belum memutuskan akan mengusung siapa dalam Pemilu Presiden 2009. Kepastian nama calon baru dipastikan setelah mengetahui perolehan suara dalam Pemilu Legislatif 2009.

"PAN tidak boleh pentingkan kadernya sendiri. Apakah Pak Amien Rais masih mungkin di 2009, atau saya yang masih yunior? Kalau tidak ada kader, kami akan pilih yang sesuai platformnya, misalnya Pak Sutiyoso," ucap Soetrisno.

Sebagai gubernur yang pernah dipimpin empat presiden, mulai dari BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Yudhoyono, Sutiyoso merasakan persoalan bangsa ini terjadi karena masih diterapkannya sistem pemerintahan yang sentralistik.

Secara terpisah, Akbar Tandjung yang menghadiri acara buka puasa bersama di kediaman Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jumat petang, juga ditanyai soal pencalonan dirinya sebagai calon presiden mendatang. Akbar pun masih akan pikir-pikir karena Partai Golkar tidak akan menggelar kembali konvensi seperti Pemilu 2004.

"Konvensi itu kan jelas aturannya, dia berproses dari bawah, terbuka. Rapimsus saya tidak mengerti, akan saya pelajari dulu," ucapnya.

Dalam sebuah diskusi di Ruang Wartawan DPR, Wakil Sekretaris Partai Golkar Ahmadi Nur Supit menyatakan, walau mencuat wacana penghapusan konvensi untuk memilih calon presiden dari Partai Golkar, hingga kini belum ada keputusan final soal itu. Bagi sebagian kalangan, penggantian konvensi, seperti yang diterapkan menjelang Pemilu 2004, dengan pengambilan keputusan lewat forum rapat pimpinan nasional bisa dinilai membunuh demokrasi.

"Jika ada kekurangan dalam konvensi lalu, semestinya diperbaiki dan bukan membuat langkah mundur," kata Ahmadi dalam diskusi yang juga dihadiri pengamat politik Eep Saefulloh Fatah dan anggota DPR Ferry Mursyidan Baldan.

Eep Saefulloh menilai, konvensi adalah diferensiasi Golkar dibandingkan parpol lain. Soal capres, Golkar mesti lebih mempertimbangkan prinsip desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan prinsip representasi dengan menghindarkan resistensi dari kelompok utama di lingkup internal. (dik/har/sut)

No comments:

A r s i p