Kebangsaan

Bangsa Ini Maju jika Bisa Konsolidasi Moral

Jakarta, Kompas - Bangsa ini tidak akan maju jika warga bangsanya tidak mau lagi berpegang pada moral. Itu sebabnya, konsolidasi moral harus terus digalang di tengah situasi kemajemukan bangsa yang semakin berserakan.

Ketua Partai Persatuan Pembangunan Endin AJ Soefihara mengingatkan pentingnya moral ini di Jakarta, Jumat (26/10). "Di kalangan muda, mestinya bisa membuktikan diri punya kemampuan dan jangan menunggu diberi, tetapi mengambil sendiri masa depannya, itulah moral yang harus dipegang," ujarnya.

Menurut Endin, pemuda harus terus melakukan aksi-aksi kerakyatan untuk menjernihkan suasana liberalisasi politik yang semakin jauh dari semangat perjuangan.

Sementara itu, Ketua Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan Putro dalam acara halalbihalal Perhimpunan Jurnalis Independen mengatakan, sebaiknya bangsa ini tidak terjebak dalam dikotomi tua atau muda dalam menjadi pemimpin.

"Memang banyak kalangan muda yang menjadi penggerak dan penentu perubahan, tapi fakta sejarah juga membuktikan tidak jarang bahkan banyak ketika kalangan muda menjalankan kepemimpinan justru gamang dan mengkhianati kepercayaan yang diberikan," ujarnya.

Seiring persaingan regional dan global, menurut Ismed, kepemimpinan muda perlu merebut kepemimpinan bisnis, entrepreneur, dan menguasai sektor-sektor strategis. Bangsa ini membutuhkan profesional yang punya idealisme dan komitmen kebangsaan yang baik.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita di Jakarta, kemarin, mengatakan, pendikotomian politisi tua dan muda tidak perlu dimunculkan. Yang penting adalah siapa di antara mereka yang dipercaya oleh rakyat untuk memimpin.

Dia menyampaikan hal itu di tengah-tengah munculnya wacana politik untuk mencari "wajah- wajah baru" yang bisa menjadi pemimpin bangsa Indonesia.

"Saya kira rakyat sekarang tidak bisa dipaksa untuk memilih orang tertentu. Karena itu, pendikotomian pemimpin tua dan muda tidak perlu ada," ungkapnya. (BSW/MAM)