Monday, October 29, 2007

Sumpah Pemuda


Kami Mudah Terpeleset Berhala Kekuasaan

Judul ini bukan suatu pernyataan politik. Itu petikan dari doa Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Saifullah Yusuf untuk menutup acara peringatan Sumpah Pemuda ke-79 di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat, Minggu (28/10). Acara diselenggarakan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga

"Berikan kami kekuatan dan petunjuk-Mu agar kami setia pada kehendak suci-Mu mewujudkan kebaikan di muka bumi. Sebab, kami mudah terpeleset oleh kenikmatan dan gampang memberhalakan kekuasaan. Lapangkanlah pikiran kami, ya Allah, agar dalam kesulitan hari ini, kekuasaan tidak membutakan hati kami dan menjadikan kami zalim terhadap yang lemah di antara kami," demikian doa Saifullah Yusuf.

Di gedung tua yang diapit gedung bengkel mobil dan toko bahan kimia itu, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault berpidato dengan suara serak-serak basah dan lantang.

Di antara yang hadir antara lain Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan, anggota Komisi I DPR dari Partai Golkar Yudhi Krisnandi, pencipta lagu Iwan Abdulrachman (mendapat penghargaan Satyalancana Wira Karya), dan pemain sinetron Clara Sinta.

Adhyaksa minta para pemuda saat ini jangan bermain di kategori politik, tapi di kategori sosial. Artinya, lebih berusaha untuk ikut membuat masyarakat sejahtera, tidak terombang-ambing oleh gelombang gerak partai politik untuk merebut kekuasaan.

Berhala hantu

Adhyaksa sempat mengkritik film dan sinetron Indonesia yang banyak menampilkan tayangan hantu. Pernyataan ini disetujui Clara Sinta, putri budayawan WS Rendra. "Film saat ini seharusnya jangan terlalu dikuasai berhala hantu," ujar pemeran utama sinetron Kiamat Sudah Dekat tersebut.

Seusai acara, Saifullah Yusuf bikin acara spontan. Ia minta Baswedan, Yudhi, dan Adhyaksa berdiri di belakang patung tokoh-tokoh Sumpah Pemuda 1928 dan bicara soal pemuda dan calon pemimpin untuk Pemilihan Presiden 2009.

Yudhi mengatakan, saat ini bangsa Indonesia gamang dan mengalami krisis kepemimpinan. Ia minta kaum muda yang mampu dan hadir di gedung tua itu berani mencalonkan diri untuk Pemilu 2009.

Baswedan mengatakan, ketika Indonesia terpecah-pecah tahun 1928, kaum muda tampil mengikrarkan satu bahasa Indonesia. Ia berharap kaum muda jangan silau dengan Pemilu 2009, tapi jauh lebih penting berupaya untuk mengatasi kemiskinan dan pemberantasan korupsi. "Di sini saya harus hati-hati bicara, jangan sampai terpeleset," ujarnya ketika akan pergi dari tempat tersebut.

Adhyaksa mengatakan, "Saya tetap loyal terhadap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla."

Ia mengatakan, tiga bulan sebelum pemilihan presiden, ia akan menyatakan sikapnya.

Ketika ditanya mengapa Presiden tidak hadir di museum kumuh itu, Mennegpora hanya mengatakan, "Saya tidak tahu." (OSD)

No comments:

A r s i p