Monday, February 18, 2008

Masdar: Syahwat Politik NU Makin tak Terkendali


Jakarta-RoL-- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masdar Farid Masudi menyatakan, meski berulang kali menegaskan kembali ke khittah dan menjauhi politik praktis, NU ternyata masih memiliki syahwat politik yang besar, bahkan tak terkendali.

Hal itu, kata Masdar di Jakarta, Senin, terlihat sangat nyata dalam proses politik pemilihan kepala daerah (Pilkada), terutama di daerah yang menjadi basis warga NU.

"Gejolak syahwat politik NU semakin tidak terkendali dan telanjang menghadapi pilkada di berbagai tempat," kata Masdar yang juga direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) tersebut.

Menurut Masdar, saking bernafsunya terhadap pilkada, NU yang merupakan organisasi kemasyarakatan-keumatan bahkan terlihat lebih agresif dibanding partai politik, institusi yang memang bergerak di wilayah politik praktis.

"Hal itu nampak jelas pada saat partai-partai politik masih tidur berselimut, NU malah sudah sibuk menetapkan siapa calon untuk pilkada, sekaligus sibuk mencarikan pasangan dan membuat jaringan pendukungnya.. dan kalah," katanya.

Bahkan, sambung Masdar, figur yang diusung atau mengusung diri adalah orang pertama yang notabene menjadi simbol dan representasi organisasi.

"Maka orang pun berkesimpulan lebih jauh, NU bukan saja masih mengidap syahwat politik tegangan tinggi, tapi sekaligus diturunkan martabatnya menjadi alat politik para elitenya belaka," katanya.

Kondisi itu, kata Masdar, jelas sangat menyedihkan sekaligus
mencemaskan. Menurutnya, itu merupakan persoalan maha serius yang kalau dibiarkan terus berlanjut, bukan saja akan merontokkan kewibawaan NU, tapi juga mengancam eksistensinya.

Oleh karena itu, kata Masdar, kalangan petinggi NU, terutama para ulama di jajaran syuriah, harus segera mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan NU dari penyimpangan.

"Para kiai yang arif, terutama di jajaran syuriah yang
menurut konstitusi NU paling bertanggungjawab, harus segera turun gunung menyelamatkannya," katanya. antara/abi

No comments:

A r s i p