Thursday, February 14, 2008

Saat Curhat di Kampanye Sepanjang Tahun...




Kompas/Dewi Indriastuti / Kompas Images
Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri berfoto bersama putrinya, Puan Maharani, di tepi Danau Ranau, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Sabtu (2/2). Megawati melakukan safari politik ke Sumatera Selatan dan Lampung.

Kamis, 14 Februari 2008 | 02:02 WIB

Megawati Soekarnoputri belum tiba. Masyarakat sudah tumpah ruah sepanjang gang di Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu, 30 Januari. Ibu-ibu berkerudung menabuh rebana, menanti di pinggiran gang hingga ke panggung rendah di bawah tenda, yang disiapkan untuk acara malam itu.

Oleh: Dewi indriastuti

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDI-P) Megawati Soekarnoputri mengawali safari politiknya ke Sumatera Selatan dan Lampung pada Rabu malam itu hingga Minggu (3/2). Melanjutkan safari politiknya di wilayah Pulau Jawa pada bulan November 2007, Megawati masih mengambil isu yang sama, kondisi ekonomi masyarakat yang semakin terpuruk.

Pada malam ”pemanasan” di Kecamatan Seberang Ulu I itu, Megawati yang datang bersama suaminya, Taufik Kiemas, dan sejumlah fungsionaris PDI-P, seperti Agnita Singedekane dan Pramono Anung, tak membicarakan ekonomi dari sisi angka yang membuat rumit. Ia cukup bertanya, ”Saya dengar harga udang di sini mahal. Tetapi, bagaimana dengan harga sehari- hari? Apakah murah atau sudah mahal?”

Pertanyaan jitu karena suasana di sekitar panggung langsung hangat. Teriakan, ”mahaaal...”, bagaikan koor, menjawab pertanyaan Megawati.

Antusiasme masyarakat kian bertambah saat Megawati menyatakan keheranannya terhadap sempat hilangnya tempe dan tahu dari pasaran. ”Tanpa tedeng aling-aling, pemerintah harus mendengarkan suara rakyat di bawah, bukan mendengarkan suara elite saja,” kata Megawati, disambut tepuk tangan riuh.

Memet (23), warga Kecamatan Seberang Ulu I, yang ikut mendengarkan kata-kata Megawati itu, mengangguk-angguk setuju. ”Mudah-mudahan kami didengarkan,” katanya lirih.

Pertanyaan tentang harga kebutuhan hidup yang kian membubung tinggi, tempe yang sempat menghilang dari pasaran, konversi minyak tanah ke gas, nyaris selalu diajukan Megawati dalam dialognya dengan masyarakat sepanjang safari politik itu. Bahasa sederhana, senyum terkembang, dan sisipan bahasa daerah yang dilontarkan Megawati membuat masyarakat antusias mengikuti dialog itu. Sesekali masyarakat cekikikan atau tertawa riang tatkala mantan presiden itu mengeluarkan kalimat yang menggelitik.

Safari politik melalui jalan darat berhenti di beberapa titik kemudian berdialog dengan masyarakat. Dari Palembang, berturut-turut berhenti di Kayu Agung, Pulau Negara, Martapura, dan Danau Ranau di Provinsi Sumatera Selatan, dalam waktu 10 jam. Dari Danau Ranau perjalanan berlanjut dan berhenti di Kotabumi, Terbanggi Besar, dan Bandar Lampung di Provinsi Lampung, secara keseluruhan dalam waktu 10 jam.

Perjalanan itu menggunakan mobil yang membutuhkan stamina. Lokasi dialog dengan masyarakat bisa di panggung setinggi 1,5 meter di tanah lapang dekat pasar, di dekat rimbunnya tanaman jagung, di tengah lapangan bola, atau bahkan turun panggung, menemui pedagang pasar di atas lahan becek.

Safari politik itu tak hanya menjadi ajang curhat (curahan hati) bagi masyarakat yang hidupnya kian terimpit sesaknya hidup. Sebaliknya, Megawati juga mencurahkan isi hatinya.

Seperti dalam dialog dengan kader PDI-P di Lampung, Minggu (3/2), dalam peresmian Kantor Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P Provinsi Lampung. Calon presiden pada Pemilu 2009 itu mendadak berkisah tentang perlakuan yang ia alami sebagai putri presiden pertama Soekarno.

”Saya dibilang drop out kuliah. Padahal, sebagai anak Bung Karno, saya aktivis, saya tidak boleh kuliah,” katanya. Megawati juga terkenang masa-masa dia dimintai keterangan polisi dan jaksa. Lagi-lagi karena dia putri Soekarno.

Tak semua unek-unek

Perjalanan di wilayah Sumsel dan Palembang itu cukup menarik, apalagi diwarnai dengan pernyataan Megawati pada peringatan hari ulang tahun ke-35 PDI-P di Palembang. Dalam pidato politiknya yang penuh kritik terhadap pemerintah, Megawati menyelipkan istilah ”poco- poco” yang ditujukan kepada pemerintah. ”Pemerintah saat ini seperti penari poco-poco. Maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju dua langkah, mundur dua langkah. Tidak pernah beranjak dari tempatnya, hanya ingin membuat orang bergembira,” ujar Megawati.

Memang tak semua warga yang hadir dalam dialog dengan Megawati ingin menyampaikan unek-unek. Ada pula yang justru memanfaatkan momen itu untuk mencari rezeki. Tinem, misalnya, penjual makanan yang sudah siap di lapangan Desa Ono Harjo, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, sejak Sabtu (2/2) pukul 11.00. Saat 25 mobil yang berkonvoi membawa Megawati dan rombongannya, termasuk wartawan, tiba di lapangan itu pukul 15.30, dagangan Tinem sudah lebih dari setengahnya laku.

”Sudah tahu sejak beberapa hari lalu bahwa Bu Mega mau ke sini. Katanya sih pukul 11 atau 12-an. Ya, saya jualan saja di sini, pasti ramai. Ternyata memang ramai banget,” kata Tinem, dengan logat Jawa yang kental.

Kesan perjalanan untuk meraih simpati masyarakat guna memenangi Pemilu 2009 memang tak lepas dari safari politik itu. Seperti disampaikan Puan Maharani, Ketua DPP PDI-P bidang Pemberdayaan Perempuan, langkah Megawati turun ke bawah dan bertemu masyarakat merupakan cara agar pemilih, yang pada Pemilu 2004 sempat mengalihkan suara ke partai politik lain, dapat kembali ke PDI-P pada Pemilu 2009.

Sekretaris Jenderal PDI-P Pramono Anung yang ditanya wartawan mengatakan, PDI-P memasang target perolehan suara pada pemilu legislatif 2009 sebanyak perolehan suara pada Pemilu 1999, yakni 34 persen. ”Tidak muluk-muluk,” katanya lagi.

Target tercapai

Safari politik pada November 2007 ke Pulau Jawa dan pada Januari-Februari 2008 ke Sumatera Selatan sepertinya merupakan salah satu jalan agar target perolehan suara pada Pemilu 2009 tercapai. Ketua DPD PDI-P Sumsel Eddy Santana Putra, dalam sambutannya pada peringatan HUT ke-35 PDI-P di Gedung Olahraga Sriwijaya, Palembang, 31 Januari 2008, menegaskan, ”PDI-P Sumatera Selatan bertekad menyukseskan pemilu legislatif dan pemilu presiden dengan Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai presiden.”

Di atas kertas, pada pemilihan kepala daerah sepanjang tahun 2005-2007, PDI-P menempatkan pasangan kepala daerah-wakil kepala daerah dukungannya di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumsel, serta Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Nah, adakah safari politik itu berbalas perolehan suara yang cukup tinggi pada Pemilu 2009?

No comments:

A r s i p