Tuesday, February 12, 2008

Wajah Baru PKS, Pluralitaskah...?

Wajah Baru PKS, Pluralitaskah...?


Lagu No Woman No Cry milik Bob Marley dilantunkan penyanyi di lobi mezanin Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali. Sejumlah turis tampak ikut bergoyang. Tidak jauh dari mereka, tampak beberapa turis sedang minum minuman keras. Di lobi dasar hotel itu, panitia Musyawarah Kerja Nasional Partai Keadilan Sejahtera atau Mukernas PKS tampak serius melayani pendaftaran peserta mukernas yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Mereka pun seakan tidak terganggu.

Oleh : Imam Prihadiyoko

Biasa saja, Mas, kami punya acara sendiri dan mereka juga punya acaranya sendiri," ujar salah satu panitia".

Mungkin bagi sejumlah orang yang mengenal PKS, yang dahulu bernama Partai Keadilan, hal itu terasa agak janggal. Selama ini melekat image yang kental, PKS dianggap sebagai partai Islam yang mempunyai kekentalan keislaman yang kuat, dan mungkin antibudaya yang dianggap tidak sejalan dengan Islam. Banyak yang meragukan bahwa PKS bisa menjadi partai yang bisa menerima budaya yang pluralis.

Di lobi dasar ini pula Kompas bertemu dan berbicara tentang pluralitas budaya PKS dengan Presiden PKS Tifatul Sembiring, akhir Januari lalu. Sambil duduk di tangga yang ada di lobi hotel, dan mengamati peserta mukernas yang datang dari seluruh wilayah Indonesia, Tifatul menegaskan, pluralitas dalam budaya sudah diajarkan Nabi Muhammad SAW sejak awal.

”Rasanya tidak ada kader PKS yang menolak pluralitas dalam budaya,” ujar Tifatul, mengawali pembicaraan.

Falsafah perjuangan yang dilakukan PKS sudah jelas, ideologi tauhidullah. Maksudnya, mengesakan Tuhan. Dalam politik, demokrasi dijadikan jalan yang disepakati bersama. Dalam ekonomi, ingin diterapkan model ekonomi egaliter atau equality opportunity. Di bidang sosial, jelas sekali ingin diwujudkan masyarakat madani.

”Serta dalam budaya, di sinilah letak pluralitas itu,” ujar Tifatul. Ia juga menegaskan, budaya pluralitas ini diinspirasi dari Piagam Madinah. Sebuah perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad ketika hijrah dari Mekkah ke Madinah.

”Ketika Nabi datang di Madinah, sudah ada masyarakat yang tinggal di sana. Ada kelompok agama lain, seperti Yahudi, Kristen, Kabilah Paganis, dan yang lain,” ujarnya.

Di sinilah arti penting perjanjian Piagam Madinah. Bahwa kita bebas beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing, jangan saling mengganggu. Kalau ada masalah, selesaikanlah secara hukum yang berlaku dan jangan bertindak anarki.

”Jadi, kalau ada problem, dibawa saja ke pengadilan. Kalau ada musuh dari luar, maka dilakukan pertahanan bersama. Jadi, Piagam Madinah ini mempunyai semangat heterogenitas, di mana kita tidak harus membenarkan keyakinan orang lain, tetapi harus menghargai orang lain,” ujarnya.

Kalau ada yang menolak keberagaman yang menjadi sunatullah atau kehendak Allah, menurut Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminudin, mereka itu pasti akan hancur.

Demonstrasi

PKS pada awal kelahirannya sangat dekat menyuarakan berbagai isu ketidakadilan sosial, dan Islam, terutama isu Islam di dunia internasional. Kita tentu masih mengingat bahwa PKS yang awalnya lahir dengan nama Partai Keadilan sangat rajin melakukan demonstrasi dengan mengerahkan massa dalam jumlah besar untuk memprotes berbagai aksi ketidakadilan di Timur Tengah. Namun, aksi yang melibatkan massa dalam jumlah besar ini selalu berakhir damai. Sebuah aksi yang mengundang kekaguman, simpati, dan pujian dari berbagai kalangan, termasuk dari partai politik lainnya.

Namun, tak sedikit suara yang menilai PKS adalah partai yang dinilai tidak realistis. Ini karena PKS tampaknya lebih sensitif pada kondisi di Timur Tengah ketimbang aksi untuk isu ketimpangan di dalam negeri.

Terakhir, pada hari yang sama dengan hari meninggalnya mantan Presiden Soeharto, PKS kembali mengerahkan massa dalam jumlah besar untuk memperlihatkan kepedulian kepada warga Palestina di Gaza yang menderita kelaparan dan kesulitan hidup lainnya akibat blokade Israel. Aksi yang dilakukan di lapangan Monas Jakarta ini pun berakhir dengan damai, namun tidak mendapat liputan yang besar dari media massa karena tenggelam oleh berita meninggalnya Soeharto.

PKS tampaknya mencoba kembali membangun daya tarik dengan demonstrasi besar yang simpatik, dengan mengangkat isu ketidakadilan di dunia Islam. Sebuah aksi, yang bisa dihitung dengan jari dalam tiga tahun terakhir, setelah Pemilu 2004.

Inilah yang membuat sebagian internal PKS melihatnya sebagai ketidakpedulian pada kondisi kebangsaan. Inilah juga yang membuat pihak di luar PKS menilai partai ini sebagai oportunis. PKS yang menjadi partai pendukung pemerintah, dengan terus menyuarakan persoalan internasional, menyebabkannya tidak kritis pada persoalan dalam negeri.

Agenda kebangsaan

Mukernas PKS yang berakhir hari Minggu 3 Februari 2008 malam menghasilkan tiga agenda besar bagi PKS, yaitu agenda kebangsaan, kepartaian, dan Pemilu 2009. Dalam agenda kebangsaan disebutkan, PKS meyakini keberagaman unsur bangsa Indonesia merupakan suatu keniscayaan dan harus dikelola sebagai sumber energi bangsa untuk maju.

Keberagaman bangsa Indonesia harus dirajut dalam kesatuan cita-cita nasional, dipersubur dengan saling kesepahaman dan toleransi dalam kebaikan, dijaga dengan kebersamaan dalam mengeliminasi keburukan, dan diperkuat dengan kerja sama positif antarelemen bangsa di atas dasar agenda pembangunan nasional.

Tifatul menegaskan, PKS mengajak semua elemen bangsa untuk mengalihkan pandangan dari berbagai prasangka primordial, kepentingan politik, dan ideologis yang telah menguras energi bangsa dan yang telah menciptakan sekat-sekat komunikasi dan kerja sama yang positif.

Keterbukaan merupakan prasyarat penting bagi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi landasan dan konsensus nasional bangsa memberikan jaminan bagi semua unsur keberagamaan yang positif untuk tumbuh kembang dalam semangat dan cita-cita bersama. Harapannya, Indonesia bisa menjadi taman luas 1001 bunga yang melahirkan keindahan dan mendatangkan kebaikan.

Agenda kepartaian menyebutkan keinginan PKS untuk menjadikan dirinya sebagai organisasi politik nasional yang eksistensinya mengikat dan terikat dengan keseluruhan wilayah NKRI.

Indonesia merupakan tanah kelahiran dan bumi perjuangan PKS, dan tidak boleh ada satu jengkal tanah bumi pertiwi ini yang tidak tersentuh oleh eksistensi, peran, dan kontribusi positif PKS.

”Tidak berlebihan jika PKS ingin memosisikan diri sebagai kekuatan politik pembaru yang juga siap merespons kebutuhan akan regenerasi kepemimpinan di negeri ini dengan agenda dan tujuan pembangunan nasional yang jelas dan terbuka,” ujar Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR Fahri Hamzah.

Itu sebabnya, PKS tampak berani menargetkan bisa meraih 20 persen dukungan suara rakyat dalam pemilu mendatang untuk tingkat DPR. PKS tampak yakin dan berusaha meyakinkan kadernya dengan asumsi keberhasilan pada Pemilu 2004, keberhasilan di sejumlah pemilihan kepala daerah, dan keyakinan akan siklus perjalanan bangsa yang sedang membuka ruang bagi generasi baru untuk menyambung jalan sejarah bangsa Indonesia.

”Bangkit negeriku, harapan itu masih ada, itulah semboyan kami untuk mengajak masyarakat yang lebih luas,” ujar Fahri.

Penutupan Mukernas PKS yang berlangsung di tepi kolam renang, lokasinya berada di Pantai Sanur, berlangsung dengan singkat.

Musik nasyid khas PKS yang dinyanyikan dengan iringan musik ensambel membentuk irama yang enak untuk bergoyang.

Di kejauhan, sejumlah wisatawan dari Jepang yang berbaju renang terlihat mengikuti irama musik yang mengentak.

 

No comments:

A r s i p