Oleh : Asro Kamal Rokan
Hari itu, Senin 03 Januari 2005, Presiden George Walker Bush, Bill Clinton, dan George Herbert Walker Bush berkunjung ke Kedutaan Besar RI di Washington DC. Tiga tokoh penting Amerika Serikat itu sama-sama menundukkan kepala. Mereka menyampaikan belasungkawa atas bencana tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam.
George W Bush dari Partai Republik berkuasa di Gedung Putih menggantikan Bill Clinton dari Demokrat pada 2001. Sedangkan Bill Clinton menjadi presiden pada 1993 menggantikan George HW Bush --ayah Presiden Bush yang berkuasa saat ini. Pertemuan Bush-Clinton-Bush biasa saja. Hubungan pribadi mereka tetap berjalan wajar, meski pada pemilihan umum mereka saling mengecam. Inilah apabila pergantian kekuasaan bukan persoalan personal. Tidak ada dendam, apalagi memojokkan. Semua berjalan wajar dan indah.
Ini juga terjadi ketika Al Gore kalah tipis atas Bush dalam pemilihan presiden delapan tahun lalu. Al Gore dapat menerima kekalahannya setelah Mahkamah Agung memutuskan kemenangan Bush. Malam setelah pengumuman, Al Gore menelepon Bush mengucapkan selamat. Meski kecewa atas keputusan Mahkamah Agung, Al Gore yang berpidato di Eisenhower Executive Office, Washington DC, tidak jauh dari Gedung Putih, meminta pendukungnya mendukung Bush demi Amerika Serikat.
Di luar gedung Eisenhower, pendukung Al Gore memberikan penghormatan dan memintanya untuk maju lagi pada pemilihan presiden 2004. Namun Al Gore, setelah kekalahan itu, lebih suka menyibukkan dirinya sebagai aktivis lingkungan. Atas kegigihannya dalam menanggulangi perubahan iklim yang sangat membahayakan umat manusia, Al Gore dianugerahi Nobel Perdamaian 2007. Gore membuat dirinya lebih berarti untuk ikut menyelamatkan dunia, daripada menyesali diri dan menggerutu karena kalah dalam pemilihan presiden.
Di Indonesia, setelah tidak lagi menjadi presiden, Pak BJ Habibie memilih mendirikan The Habibie Center (THC), organisasi independen, nonpemerintah, dan nonprofit. THC, antara lain, mengusung agenda demokratisasi, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, media dan informasi. Setiap tahun, THC memberikan beasiswa dan penghargaan kepada putra bangsa yang berprestasi.
Melalui THC, Pak Habibie membuat dirinya lebih berarti bagi bangsa ini daripada berpikir untuk mengejar kembali kekuasaan, apalagi mencerca dan membanding-bandingkan situasi ketika ia berkuasa dengan pemerintah saat ini. Pak Habibie dalam suatu pembicaraan, justru memberi nasihat berguna untuk bangsa ini: apabila telah terpilih seorang presiden, maka semua pihak harus mendukungnya dengan memberikan masukan, jangan saling jegal.
Ketika Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dilantik menjadi presiden dan wapres RI pada 20 Oktober 2004, banyak orang berharap Megawati Soekarnoputri yang kalah dalam pemilihan presiden, hadir dalam acara tersebut dan memberikan ucapan selamat. Namun, Megawati --yang kini berupaya untuk kembali ke Istana-- tidak bersedia hadir. Kehadiran Megawati saat itu diharapkan menjadi awal yang baik bagi bangsa ini, ketika para pemimpin saling menghormati.
Al Gore dan Pak Habibie telah memberi contoh bahwa kekuasaan bukanlah persoalan personal. Mereka ikhlas pada keputusan rakyat dan menghormati presiden terpilih. Dan, ketika tidak lagi berkuasa, mereka aktif menyumbangkan tenaga dan pemikirannya untuk masyarakat. Inilah yang membuat mereka dihormati, dikenang, dan lebih berarti.
Monday, February 11, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
A r s i p
-
▼
2008
(408)
-
▼
February
(104)
- Think Tanks
- Penyederhanaan Partai
- Jika Ulama Memilih Jalur Politik
- Korupsi dan Paradoks Demokrasi
- Megawati, Sultan HB X, dan Wiranto
- TAJUK RENCANA
- Parlemen-MPR dan Parlemen-Legislatif
- Korupsi, Investor Jepang, dan PKS
- Kekerasan terhadap Fungsi Pers
- Merasa Kecewa, DPD Surati DPR dan Presiden
- Berdikari
- Presiden: Pikir Ulang
- Agar Partai Islam Menjadi Besar
- Komnas Perempuan Minta Presiden Tinjau Kebijakan
- Pilkada Jateng
- Materi Lobi Malah Bertambah
- Liberalisme sebagai Ideologi Pragmatis
- Demokrasi Klasik dan Moderen
- Skenario Voting Menguat
- Krisis Minyak
- Demokrasi Pilihan yang Benar
- Pemilu dan Hegemoni
- NU, PKB, dan Dialog
- Masa Depan Sekularisme
- Nasionalisme dan Politik Islam
- Traktat Pemikiran Politik Gus Dur
- Pemikiran dan Langkah Politik Gus Dur
- DPR Tidak Boleh Diam
- Jumlah Kursi DPR Sebanyak 560
- Makin Banyak Pengurus NU Terjun ke Politik Praktis
- Kebebasan di Bawah Dominasi
- 'Ada Upaya Mengerdilkan Partai Politik Islam
- Masdar: Syahwat Politik NU Makin tak Terkendali
- Lobi RUU Pemilu Berhasil
- NU, PKB, dan Dialog
- Pemilu dan Hegemoni Media
- SI dan NU sebagai Gerakan Islam
- Pemilu dan Hegemoni Media
- Saat Curhat di Kampanye Sepanjang Tahun...
- UU Pemilu Makin Ditunggu
- RUU Pemilu Mundur Lagi ke Akhir Februari
- Menghentikan Konflik TNI-Polri
- Menyoroti Situasi Ternate
- Wajah Baru PKS, Pluralitaskah...?
- Tak Ada Guna Lobi Tanpa Kompromi
- Memahlawankan Soeharto?
- Pendiri Demokrat: SBY Lebih Baik Cari Pendamping Lain
- Setelah tak Jadi Presiden
- Jalan Terjal Perempuan di Panggung Politik
- Menerobos Kebuntuan Aturan Pilkada
- Partai Politik Organik!
- 10 Tahun Reformasi, Indonesia Tak Berubah
- Jalan Panjang Reformasi TNI
- Reposisi Politik PKS
- PERHITUNGAN PEROLEHAN KURSI DPR RI /DAPIL X
- PDI-P dan Pergeseran Dominasi
- Oleh karena PKB Inginkan Nomor Tiga
- TAJUK RENCANA
- Penjelasan PKS Tentang Wacana Partai Terbuka
- Menjadi "Ghost Writer" Buku Pak Harto <!--Satuan K...
- Memaklumi Soeharto Versi Retnowati
- Saatnya Kaum Perempuan Mengisi Peluang
- Ancaman Defisit Demokrasi
- Demokrasi Burung Unta
- Menghapus Pilkada Langsung
- Bongkar Pasang Konstitusi
- Rumah Terbelah
- Hasil Pemilu 2004
- Kejujuran Sejarah Pemimpin
- Warisan Soeharto
- Sutiyoso Didukung 14 Partai
- Politik NU dan Pragmatisme Parpol
- NU, Politik, dan Peradaban
- Ilusi Kekuatan Baru
- TAJUK UTAMA
- Clinton Desak Indonesia
- 60 Persen Penganggur Kaum Muda
- Mengarungi Ekstremitas dan Tarikan Politik
- Tahapan Pemilu Bisa Mulur
- Slamat Jalan Pak Harto
- Tutut dan GOLKAR
- Militer Sudah Tidak Kemampuan Terlibat Politik
- Kekhawatiran Arus Balik Otoritarianisme Terlalu Be...
- Dilema RUU Pemilu
- Demokrasi dan Pembangunan
- Prospek Parpol Islam
- Kepastian pada Dua Pemimpin
- Khittah NU dan Godaan Politik
- KH A Wahid Hasyim dan Politik Kita
- NU, Kekuasaan, dan Civil Society
- NU, Ingin Melayani atau Dilayani?
- Harlah NU, Momentum Kemandirian Nahdliyin
- Revitalisasi Peran Politik NU
- Mengokohkan Jati Diri dan Citra PKS
- Demokrasi dan Kesejahteraan
- Sistem Pemilu Terbuka, 'Murni' atau 'Terbatas'?
- Ajakan Pak Amien dan Status Hukum Pak Harto
- Ajakan Maaf dan Status Pak Harto
- Soeharto dan Teknologi
- Soeharto, Jawa, Santrinisasi
-
▼
February
(104)
No comments:
Post a Comment