Thursday, May 24, 2007

Analisis Survei Nasional ( Februari 2007)

Kembalinya PDIP Sebagai Partai Utama

Setelah dikalahkan dalam pemilu parlemen tahun 2004, PDIP berada di bawah bayang bayang partai lain, terutama Partai Golkar (pemenang pemilu parlemen 2004), dan Partai Demokrat (pemenang pemilu presiden 2004). Survei yang dikerjakan Lingkaran Survei Indonesia setelah 2004, semakin memapankan PDIP sebagai partai kedua atau ketiga saja.

Kini untuk pertama kalinya, PDIP tampil sebagai partai utama, melampaui semua partai lain secara signifikan. Ini peristiwa besar dalam konstelasi politik nasional karena menggambarkan perubahan public mood dan persepsi terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.

Demikianlah salah satu kesimpulan riset yang dikerjakan Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Riset ini mengambil data lapangan pada bulan Febuari 2007, di seluruh propinsi dengan jumlah sampel 1200 responden. Metode penelitian standard menggunakan multi stage random sampling, dengan model wawancara tatap muka. Margin of error sebesar 2.9%.

PDIP mendapatkan dukungan sebesar 22.6%. Di tempat kedua dan ketiga adalah Partai Golkar (16.5%) dan Partai Demokrat (16.3%). Sementara partai lain berada jauh di bawah tiga partai tersebut.

Dominasi PDIP merata hampir di semua segmen pemilih. PDIP unggul tak hanya di wilayah pedesaan, tapi juga perkotaan. PDIP jaya tak hanya di lapisan pemilih pria, tapi juga pemilih wanita. PDIP juga menang tak hanya di kalangan pemilih bergama kristen dan katolik tapi juga mayoritas muslim. PDIP pun unggul di pulau Jawa dan pulau-non Jawa.

Di lihat dari suku pemilih, PDIP unggul di umumnya suku besar, namun hanya kalah dari Partai Golkar di suku Sunda. Di lihat dari tingkat pendidikan, PDIP unggul di kalangan pemilih pendidikan rendah dan menengah, namun kalah dari Partai Demokrat untuk pemilih dari pendidikan tinggi (SMU dan Universitas)

Tiga alasan yang membuat PDIP kembali unggul.

(1) Publik kecewa dengan situasi ekonomi nasional saat ini. Yang menyatakan ekonomi saat ini buruk lebih dari tiga kali lipat dibandingkan yang menyatakan ekonomi saat ini baik (54.3%: 16.7%). Ketidak puasan ini mudah sekali diterjemahkan menjadi kemarahan kepada partai pendukung pemerintah. Dukungan mereka dialihkan kepada partai alternatif, atau partai yang beroposisi. PDIP mendapat “muntahan” suara publik yang kecewa dengan kinerja pemerintah setelah lebih dari 2 tahun berkuasa.

(2) PDIP secara konsisten, mungkin satu-satunya yang konsisten, menjadi partai oposisi. Sikap partai ini beroposisi bukan karena ingin bargaining soal power sharing kekuasaan. Sebagian besar sikap oposisi itu tentu dipengaruhi oleh hubungan personaliti antara ketua umumnya (Megawati Soekarnoputri) dengan presiden dan wakil presiden sekarang ini. Posisi oposisi ini justru menguntungkan PDIP di saat publik kecewa dengan kinerja pemerintahan.

(3). Inovasi politik PDIP membentuk ormas Islam sebagai sayap resmi PDIP. Sejak ormas itu dibentuk, citra PDIP sebagai partai pembela kaum minoritas saja, dapat dikurangi. PDIP pun terkesan sebagai partai yang memberi perhatian kepada komunitas Islam, selaku mayoritas pemilih di Indonesia. Dukungan atas PDIP di kalangan pemilih Islam bukan saja melampaui Golkar atau Partai Demokrat, tapi juga melampaui partai yang bernuansa Islam itu sendiri

Temuan penting lain dalam riset LSI, tiga partai papan atas masih dikuasi oleh partai non-agama (PDIP, Partai Golkar dan Partai Demokrat). Papan atas diklasifikasikan untuk partai dengan dukungan di atas 15%. Partai papan tengah untuk partai dengan dukungan antara 3%- 15%. Di bawah itu di sebut partai papan bawah. Partai dengan nuansa agama, justru kini tertinggal di papan tengah saja. Sekali lagi ini menguatkan sinyalemen orientasi politik kaum muslim Indonesia. Sungguhpun secara ritual mereka muslim, namun secara politik mereka lebih nyaman dengan partai yang tidak berbasis agama.

Aneka partai baru yang muncul sejak tahun 2004, harus pula aktif melakukan public expose ke publik luas. Berdasarkan riset LSI, tak satupun dari partai baru mendapatkan dukungan di atas 1%. Jika tak ada inovasi yang gemilang, aneka partai baru ini terancam menjadi partai gurem saja.

PDIP kini menjadi the comeback kid, partai yang kembali berjaya. Apakah posisi nomor 1 itu akan bertahan sampai tahun 2009? Ini sangat tergantung dari kinerja pemerintah dan kapabiliti PDIP sendiri. Jika pemerintah gagal mengangkat ekonomi masyarakat, dan PDIP mampu menyuarakan diri sebagai partai alternatif, posisi nomor satu itu bertahan. JIka tidak, posisi nomor satu kembali direbut oleh partai lain.

No comments:

A r s i p