Monday, May 21, 2007

Parpol dan Representasi Publik ( LSI)

Dalam representasi aspirasi , ada kesenjangan yang cukup besar antara aspirasi pemilih dengan sikap dan tindakan partai politik. 65 persen publik menyatakan bahwa partai politik tidak merepresentasi aspirasi mereka untuk berbagai isu publik: posisi kelas sosial partai, isu ideologi dan sistem legal, dan isu ekonomi. Hanya sekitar 35% aspirasi pemilih yang dipersepsikan terwakili oleh sikap dan perilaku tujuh partai politik besar.

Dalam proporsi yang kurang lebih sama, pemilih merasa bahwa partai politik sejauh ini lebih banyak melakukan tindakan yang hanya menguntungkan kelompok-kelompok tertentu, dan hanya menguntungkan para pemimpin partai, bukan pemilih pada umumnya.

Karena tingkat representasi yang rendah ini, sebagaimana dipersepsikan oleh pemilih, hanya sedikit dari pemilih yang merasa punya ikatan psiko-politik dengan partai politik. Hanya sekitar 23% dari pemilih yang mengidentikan diri mereka dengan partai politik tertentu. Keadaan ini akan membuat peta kekuatan partai politik cair, mudah berubah, sehingga tingkat kepastian politik menjadi rendah pula.

Selanjutnya, implikasi lebih nyata dari rendahnya representasi ini adalah berubahnya peta dukungan terhadap partai politik, di mana Partai Demokrat yang dalam dua tahun terakhir bersaing ketat dengan PDI Perjungan menurun tajam dalam perolehan dukungan bila pemilu diadakan sekarang. Demikian juga kekuatan Partai Golkar, yang dalam survei terakhir ini turun posisinya dari urutan pertama ke urutan kedua dengan selisih cukup signifikan.

Perubahan peta kekuatan partai ini terkait dengan tingkat representasi partai, di mana Partai Demokrat dipandang relatif kurang representatif dibanding PDI Perjuangan.

Penurunan dukungan terendah dalam dua tahun terakhir terhadap Partai Demokrat juga sangat terkait dengan evaluasi publik atas kinerja Presiden SBY.

Semakin positif penilaian publik terhadap kinerja Presiden semakin memperkuat dukungan publik pada Partai Demokrat.

Dalam survei terakhir, kepuasan publik pada kinerja Presiden dan Wakil Presiden menembus batas psikologis 50%, di mana kurang dari 50% pemilih nasional merasa puas dengan kerja Presiden. Ini tingkat kepuasan publik terendah terhadap kerja Presiden SBY sejak dua setengah rahun lalu ketika baru sebulan ia dilantik menjadi presiden. <>

No comments:

A r s i p