Wednesday, May 23, 2007

Pemimpin atau Kepemimpinan Baru?

Mochtar Buchori

Apa yang kita butuhkan saat ini? Pemimpin baru atau kepemimpinan baru? New leaders atau new leadership?

Mungkin dua-duanya. Namun, yang pasti kita butuhkan ialah kepemimpinan baru. Menurut saya, kita butuh new leadership. Kepemimpinan baru seperti apa yang diharapkan? Kepemimpinan baru yang mampu memberi teladan, yang mampu menggalang tekad rakyat, dan mampu memahami serta mengikuti aspirasi rakyat. Ini merupakan jenis kepemimpinan yang berbeda dari jenis kepemimpinan yang ada kini, yaitu kepemimpinan yang mementingkan kepentingan kelompok pemimpin dan menggunakan simpati rakyat sebagai landasan untuk menopang kepentingan pemimpin.

Pemimpin adalah pendidik

Jenis kepemimpinan baru ini saya jabarkan dari pesan almarhum Ki Hadjar Dewantara, yaitu agar para pendidik selalu sung tulada (memberi teladan) bila sedang ada di depan, selalu mangun karsa (membina tekad bersama) bila sedang ada di tengah-tengah para murid, dan selalu tut wuri handayani (mengikuti sambil mengarahkan) bila sedang ada di belakang.

Dalam pandangan saya, fungsi pemimpin sama dengan fungsi pendidik. Baik pemimpin maupun pendidik harus melaksanakan tugas membimbing.

Dalam kosakata modern, jenis kepemimpinan ini disebut transforming leadership, yaitu kepemimpinan yang dapat melahirkan transformasi atau perubahan yang mendasar dalam masyarakat kita. Kiranya, inilah yang kita dambakan bersama. Dan yang kita inginkan bersama ialah bahwa pada suatu saat, pada masa depan, masyarakat kita menjadi lebih bersih dari korupsi, pemimpin-pemimpin kita menjadi lebih jujur, dan birokrasi kita menjadi lebih cakap.

Bilamana hal-hal ini benar-benar terjadi, berarti dalam masyarakat kita telah terjadi perubahan yang bersifat mendasar. Perubahan semacam ini hanya akan terjadi jika ada kepemimpinan yang bersifat transforming, yaitu kepemimpinan yang berwatak sung tulada, mangun karsa, dan tut wuri handayani.

Interaksi pemimpin-pengikut

Dalam pandangan saya, perbedaan pokok antara kepemimpinan yang bersifat transforming dan kepemimpinan yang ada kini terletak pada sifat hubungan antara pemimpin dan pengikut.

Kepemimpinan yang mampu memberi teladan, mampu membina tekad kolektif, mampu mengikuti dan mengendalikan itu mensyaratkan adanya kemampuan pemimpin memahami apa yang sebenarnya ada dalam hati penganut.

Yang kita lihat kini, para pemimpin tidak berusaha memahami apa yang sebenarnya diinginkan pengikutnya. Yang mereka usahakan ialah hal yang sebaliknya, yaitu agar para pengikut menerima, membenarkan, dan mendukung apa yang dikehendaki para pemimpin.

Jadi, kini bukan para pemimpin yang berusaha ngemong rakyat, tetapi rakyat yang diminta ngemong para pemimpin. Dengan mentalitas pemimpin yang ada kini, tidak akan muncul kepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan mendasar dalam masyarakat. Selama jenis kepemimpinan yang ada kini tetap dipertahankan, kita tidak usah berharap datangnya perubahan mendasar dalam masyarakat kita. Jangan mengharap kedatangan transformasi sosial dan kultural dalam masyarakat kita.

Menunggu pemimpin baru

Dari mana para pemimpin jenis baru ini akan datang? Dari generasi muda. Dan kata "generasi muda" memiliki cakupan makna amat luas. Mungkin yang muda-muda di antara para pemimpin sekarang akan ada yang mampu berubah menjadi pemimpin yang memahami semangat zaman, dan berusaha mengubah gaya kepemimpinannya sesuai tuntutan zaman.

Namun, dari para pemimpin senior yang ada kini, rasanya sulit diharapkan bahwa di antara mereka akan banyak yang bertobat (to repent) dan mampu mengonversikan dirinya menjadi dari jenis pemimpin lama—yaitu pemimpin transaksional—ke jenis pemimpin baru, pemimpin transformasional

Dari mana para pemimpin jenis baru ini diharapkan datang? Dari generasi yang lebih muda, yang kini masih di bangku sekolah menengah atau kuliah di perguruan tinggi. Di antara generasi muda ini, banyak yang kecewa terhadap kepemimpinan serta pemimpin-pemimpin yang ada dewasa ini. Lapisan-lapisan generasi muda ini merupakan sumber bagi para calon pemimpin jenis baru. Jika bangsa ini benar-benar menginginkan kedatangan kepemimpinan serta para pemimpin jenis baru pada masa datang, harus ada pihak-pihak yang menggarap sumber ini. Tanpa digarap, sumber ini tidak akan menghasilkan apa pun. Yang akan dihasilkan ialah para pemimpin muda dari jenis lama.

Diperlukan usaha

Transisi dari kepemimpinan transaksional ke kepemimpinan transformasional tidak akan datang dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha-usaha yang dapat secara efektif mengajak masyarakat untuk secara sadar menolak kepemimpinan yang ada sekarang, yang hanya akan membawa bangsa kita ke kehancuran.

Juga dibutuhkan langkah-langkah yang jelas mengatakan kepada seluruh bangsa, bahwa kita membutuhkan kepemimpinan yang mampu mendatangkan berbagai perbaikan nyata dalam kehidupan masyarakat. Suara menolak kepemimpinan lama dan memanggil kepemimpinan baru ini harus dapat didengar seluruh bangsa, terutama generasi muda. Jika generasi tua, tidak dapat atau tidak mau mendengar, biarkan saja. Yang menentukan masa depan bukan generasi tua, melainkan generasi dewasa yang belum begitu tua dan generasi muda.

Masalahnya kini, siapa yang akan menyuarakan hal ini? Siapa yang dengan jelas dan efektif dapat berkata, "Kita tidak butuh kepemimpinan jenis transaksional ini. Kita butuh kepemimpinan jenis baru, yaitu kepemimpinan transformasional. Kita butuh pemimpin yang mampu memberi teladan, mampu bersama rakyat membina tekad, dan mampu memahami serta mengikuti aspirasi rakyat."

Ini kedengaran seperti ajakan memulai revolusi. Namun, ini hanya ajakan untuk menyelamatkan bangsa dari tirani egoisme politik yang memanfaatkan naifitas politik rakyat.

Mochtar Buchori Pendidik

No comments:

A r s i p