Wednesday, May 30, 2007

Kebangsaan
Perlu Dibangun Optimisme Bersama

Jakarta, Kompas - Pembentukan bangsa kita memang belum selesai, apalagi saat ini sedang mengalami keterpurukan yang cukup parah. Namun, di antara keterpurukan itu masih ada anak-anak bangsa yang dengan semangat tetap mengusahakan perbaikan.

"Inilah harapan dan optimisme yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini," kata pendiri Maarif Institute, Syafii Ma’arif, dalam malam penganugerahan Maarif Award di Jakarta, Senin (28/5) malam. Maarif Institute for Culture and Humanity memberikan penghargaan kepada anggota Tim Gabungan Pencari Fakta konflik Poso Arianto Sangadji dan Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty yang telah membangun jembatan dialog penghubung komunitas Kristen dan Muslim di Maluku dalam usaha mencari penyelesaian damai.

"Indonesia memang sedang terpuruk, tapi di ujung lorong sana masih ada cahaya. Kita harus bisa membangun optimisme bersama. Apalagi masih banyak anak bangsa yang terus berjuang demi harkat dan martabat bangsa," ujar Syafii. Menurut dia, sebagian besar warga bangsa sekarang sedang berjalan dalam arus pragmatisme.

Tidak heran, menurut Syafii, jika saat ini jarang sekali ada kebijakan yang betul-betul diperuntukkan bagi rakyat. Bahkan, dasar negara Pancasila lebih banyak dihargai dalam kata-kata dan tulisan, tetapi tidak dalam perbuatan.

Manuputty mengatakan, bangsa ini sedang mengalami kerapuhan. Bahkan, sesungguhnya sedang menuju jalur bebas hambatan menuju disintegrasi bangsa.

"Apalagi di negeri ini demokrasi telah menjadi etnokrasi karena nasionalisme kebangsaan telah tererosi maknanya menjadi nasionalisme etnis, nasionalisme agama, budaya dominan, bahkan nasionalisme transnasional," ujarnya.

Dalam menyelesaikan kasus konflik yang muncul, menurut Sangadji, bangsa ini lebih senang mencari kambing hitam. Padahal, dengan usaha bersama dan itikad baik untuk mencari penyelesaian, akan ada jalan keluar. (MAM)

No comments:

A r s i p