Monday, May 21, 2007

Tantangan PKS Cetak E-mail

Prestasi besar yang telah dicapai PKS pada pemilu 1999 dan 2004 merupakan lompatan politik yang mengagetkan banyak pihak. Dengan jargon ‘bersih dan peduli’,PKS pada masa itu telah mampu melakukan kapitalisasi potensinya dengan sangat masif,wajar kalau raihan suaranya meningkat tajam.

Di samping karena faktor situasi politik ketika itu yang mengalami pasang surut,sehingga menjadikan PKS sebagai salah satu pilihan bagi massa mengambang. Pemilu 2009 akan berlangsung dua tahun lagi. Masa kerja partai-partai tinggal dua tahun,bahkan efektifnya satu tahun lagi.Pada 2008 seluruh aktivitas kepartaian sudah memasuki persiapan Pemilu 2009.

Alhasil,tahun 2007 menjadi momentum terakhir bagi partai-partai untuk mengkonsolidasikan program-programnya, internal maupun eksternal. Bagi PKS, kesuksesan Pemilu 2009 sangat tergantung kiprahnya pada 2007. Mengelola kesuksesan yang telah dicapai PKS pada Pemilu 2004 sebuah hal yang tidak mudah.

Mencapai kesuksesan mungkin tidak begitu sulit, tapi jauh lebih sulit lagi memelihara dan mengkapitalisasi kesuksesan yang telah diraih PKS selama ini.Sebanyak 1105 anggota legislatif PKS dari pusat sampai daerah dan puluhan pejabat eksekutif kader PKS,baik sebagai pimpinan daerah maupun kabinet, merupakan potensi yang tidak kecil. Sayangnya,dalam perjalanannya potensi tersebut PKS belum mampu dioptimalkan bagi kepentingan rakyat banyak.

Komitmen Kebangsaan
PKS saat ini masih lebih terlihat sebagai organisasi sosial dan keagamaan layaknya seperti ormas. Sebagai organisasi politik yang akan mengelola sebuah negara,PKS masih belum terlihat secara masif memberikan kontribusinya yang lebih besar terhadap segala persoalan kebangsaan.

Tetapi, terlena dengan mainstream itu (sosial-keagamaan) hanya akan menjadikan PKS sebagai partai yang tidak bisa membaca perubahan dan konstalasi zaman. Seolah-olah PKS masih gagap dalam memainkan perannya sebagai partai politik. PKS juga dikenal sebagai partai kader,tetapi PKS belum bisa disebut sebagai partai kader bangsa yang siap mengelola negara.

Apalagi di tengah kompleksitas persoalan bangsa memerlukan kader-kader bangsa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Ironisnya,saat ini para pemimpin bangsa,rata-rata umumnya memiliki kemampuan di bawah rata-rata, sebaliknya persoalan bangsa saat ini jauh melebihi kapasitas kemampuan para pemimpin bangsanya. Pimpinan Umum Kompas Jakob Oetama memberikan masukan pada saat Diskusi di Musyawarah Nasional I PKS, �?Kelebihan PKS adalah bersih dan peduli tetapi itu harus dikembangkan dalam konteks yang lebih kongkrit yaitu berbentuk program yang lebih komprehensif�?.

Ringkasnya, pernyataan Jakob sebenarnya kritik terhadap PKS, yakni hari ini PKS sejatinya tak melulu bermain di ranah aktifitas sosial keagamaan, tapi harus bergerak di ranah yang lebih luas, kebangsaan. ‘Bersih dan peduli’ sebuah perilaku yang sudah biasa dilakukan PKS.

Pada tataran ini, PKS bisa jadi adalah trend setter dalam mengembangkan party social responsibility. Sebuah kerja-kerja sosial dan kemanusiaan yang dilakukan partai politik. Setelah itu,partai-partai lainnya mulai berlomba-lomba mengikutinya. Periode berikutnya PKS dituntut lebih dari sekedar itu.

Dari ratusan Pilkada yang telah berlangsung,cukup banyak kader-kader PKS yang dapat memenangkan Pilkada.Di tingkat legislatif PKS boleh dibilang cukup sukses menyuarakan kepentingankepentingan rakyat. Tetapi di tingkat eksekutif,PKS bukan sekedar mampu berbuat ‘bersih dan peduli’ tetapi juga harus ‘bisa dan peduli’ dalam mengelola negara.‘Bisa dan peduli’ sesungguhnya penguatan dan penajaman dari tema yang diusung sebelumnya.

Karena setelah banyak kader-kader PKS mulai memimpin pemerintahan daerah,belum banyak terlihat memiliki prestasi yang membanggakan. Berbagai perubahan masih jauh panggang dari api.Inilah pertanyaan besar PKS yang perlu dijawab? Masa transisi PKS masih belum selesai.Transisi dari aktifitas sosial-keagamaan menuju aktivitas politik.

Pergeseran ini bukan perkara mudah.Banyak pengamat mengkritisi PKS pada periode ini seperti mengalami kegamangan dalam sikap-sikap politiknya.Kritik yang datang dari eksternal maupun self critics ini sejatinya harus menjadi konsep PKS dalam menyahuti pergerakan yang ada dalam masyarakat (society) maupun negara (state).

Jangan Terlena
Periode ini PKS harus membuktikan kembali kesuksesan berikutnya, apakah akan mampu mengelola negara, apalagi dengan target menjadi dua besar pada Pemilu 2009.PKS jangan lagi terlena dengan sanjungan sehingga membuat ‘gede rasa’.

Mendengarkan pujian seringkali kita tidak membuat objektif dalam membaca realitas politik. Dalam contoh kasus kekalahan Pilkada Aceh dan Banten, PKS belum mampu mengelola investasi kebaikankebaikan yang selama ini telah terbangun. Tantangan realitas medan politik seringkali tidak terbaca dengan baik.

Dunia politik bukan dunia sosial, sehingga penyingkapannya juga bukan hanya dengan pendekatan sosial.Tetapi dengan pendekatan politik dan kekuasaan,permasalahan sosial denga sendirinya terselesaikan apabila kebijakan politiknya jelas pada kepentingan rakyat.Kesan keagamaan PKS dalam mengambil keputusan politik harus lebih jelas dan lugas. Keputusan politik adalah sebuah pilihan-pilihan yang harus diputuskan dengan cepat dan tepat.PKS harus lebih berorientasi pada peluang bukan pada banyaknya masalah,dengan segera menangkap peluang,masalah itu dengan sendiri terminimalisir secara perlahan-lahan.

Menyiapkan kepemimpinan nasional di masa mendatang,menuntut suatu proses pembelajaran yang komprehensif,cepat,sefektif dan berkesinambungan.Memimpin negara sebesar Indonesia dengan struktur sosial politik yang rumit,di tengah perubahan-perubahan besar yang dahsyat, multidimensi dan serba tidak pasti (uncertainity), tentu saja tidak mudah.

Tugas mulia itu mengharuskan kita memiliki wawasan kenegaraan yang luas, pengetahuan interdisipliner disamping kapasitas leadershipyang besar dan efektif. Aset terbesar yang dimilki PKS adalah para kader mudanya yang memilki semangat isealisme yang tinggi.

Semangat tersebut harus mampu diinternalisasikan ke dalam perilaku politik,bukan hanya perilaku sosialkeagamaan saja. Namun sebagai yang sering diingatkan banyak pengamat publik. PKS masih belum mampu menyerap banyak persoalan kebangsaan yang begitu banyak dan rumit,di sinilah PKS dituntut menyiapkan kader-kader yang memilki pikiran-pikiran besar dalam kerja yang berkesinambungan untuk masa depan bangsa yang lebih baik.(*)

Nurhasan Zaidi, Wasekjen PKS

No comments:

A r s i p