Monday, May 28, 2007

Di Bawah Naungan Dua Pohon Kihujan

Jumat (25/5) siang menjelang petang, panas sinar matahari yang memancar ke kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta tidak terasa bagi para wartawan yang mengikuti jumpa pers oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di atas lapangan rumput.

Sebagian lapangan rumput yang dikelilingi Istana Merdeka, Kantor Presiden, Istana Negara, dan Wisma Negara itu dilindungi beberapa pohon raksasa bernama Kihujan atau Samena saman (dalam bahasa Latin).

Daun kedua pohon yang berumur puluhan tahun itu sangat rimbun sehingga sinar matahari tidak bisa menembus sempurna lapangan terebut.

Jumat siang itu, sekitar 40 menit Presiden menjelaskan tentang kasus dana Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Ia mengaitkan kasus itu dengan berbagai pernyataan mantan Ketua MPR Amien Rais.

Dalam sejarah kepresidenan di Indonesia, yakni sejak Presiden Soekarno masuk ke kompleks istana ini pada 28 Desember 1949, hingga hari Jumat 25 Mei 2007, baru Jumat itu lapangan tersebut digunakan untuk jumpa pers.

Pada masa pemerintahan Bung Karno, lapangan tersebut digunakan untuk pesta kebun dengan para diplomat asing pada hari kedua acara kemerdekaan RI. Itu diulangi pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. BJ Habibie juga pernah menggunakannya untuk sebuah acara pertemuan santai ketika ia menjabat sebagai presiden.

Soeharto dalam pemerintahannya selama 32 tahun menggunakan lapangan itu antara lain untuk tempat kios-kios makanan pada acara peringatan kemerdekaan RI atau acara pelantikan perwira yang lulus dari akademi militer.

KH Abdurrahman Wahid ketika menjadi presiden hampir tidak pernah menggunakan lapangan tersebut untuk acara yang melibatkan banyak orang.

Yudhoyono mengisi sejarah lapangan istana itu dengan acara yang belum pernah dilakukan para pendahulunya. Adi Massardi, juru bicara kepresidenan masa pemerintahan Gus Dur, mengatakan, jumpa pers hari Jumat itu diselenggarakan dengan suatu kekeliruan di bidang keprotokolan negara.

Tetapi, para wartawan tampak lebih senang jumpa pers di tempat itu karena agak rileks dibandingkan dengan di dalam ruang. Bahkan, seorang wartawati sebuah televisi bisa leluasa berdiri di atas bangku membelakangi Presiden yang masih berada di podium. (J Osdar)

No comments:

A r s i p