Monday, March 10, 2008

Dua Kerisauan Besar



Kita garis bawahi dua kerisauan besar yang mulai dimintakan perhatian oleh berbagai pihak. Pertama, semakin dekatnya kita pada agenda Pemilu 2009.

Pemilu 2009 untuk memilih anggota DPR dan Presiden serta Wakil Presiden. Kedua, perkiraan masih akan berlanjutnya krisis ekonomi. Sumbernya adalah krisis keuangan di AS yang bereskalasi ke seluruh dunia dan naiknya harga minyak.

Ekonomi Indonesia terkena dampaknya secara telak karena lemahnya struktur ekonomi kita yang menyangkut bahan-bahan pokok pangan. Pemerintah bergulat dan mengambil beragam kebijakan terutama untuk mengurangi akibat krisis ekonomi itu.

Setelah tertunda-tunda, akhirnya DPR berhasil mengesahkan RUU Pemilu 2009. Dari alotnya proses pengesahan dan juga dari berbagai materi dalam UU yang berhasil disahkan itu, kita segera dapat mendeteksi hadirnya berbagai ketetapan yang akan menambah berbelit dan hiruk-pikuknya Pemilu 2009. Jumlah partai peserta pun bertambah. Akan segera dapat kita saksikan semakin intensif dan serentaknya persiapan-persiapan.

Mengapa kita catat secara khusus perkembangan dan hal-hal yang sudah kita ketahui dan kita antisipasi? Karena hadirnya koinsidensi, yakni jatuh bersamaannya masa pemilu yang semakin mendekati puncaknya dengan krisis ekonomi global yang akibat buruknya menimpa ekonomi Indonesia dan makin memberatkan kehidupan rakyat banyak. Bukan lagi soal lapangan kerja yang sulit, bahkan lapangan kerja dan sumber kehidupan seperti dari usaha kecil dan menengah pun terguncang dan terancam. Kita sudah berkali-kali mengalami krisis ekonomi, tetapi yang sampai melibatkan makanan khas Indonesia, tempe, rasanya baru sekali ini.

Mengapa koinsidensi itu kita kemukakan? Agar koinsidensi antara persiapan dan suasana pemilu dengan kondisi krisis ekonomi yang secara langsung menyangkut kehidupan rakyat banyak itu kita sadari. Disadari jelas oleh pemerintah dan juga oleh para pemimpin politik.

Bayangkan, kondisi masyarakat cenderung sensitif karena sulitnya kehidupan sehari-hari. Kondisi sensitif itu mau tidak mau bisa dibuat lebih serba peka oleh hadirnya kampanye kompetisi serta beragam ketegangan kampanye dan kompetisi pemilu.

Tak berarti dunia Indonesia lantas ”kiamat”, tetapi koinsidensi itu berarti kita semua, terutama para pemimpin politik dan gerakan masyarakat serta semua pihak yang berada dalam posisi ”lebih”, bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengarahkan keadaan sebaik mungkin dan sekondusif mungkin.

Di depan Rapat Koordinasi Nasional III Korps Alumni HMI Wapres Jusuf Kalla berkata, selama 10 tahun terakhir begitu banyak masalah yang harus diselesaikan pemerintah. Akibatnya, antisipasi terhadap masalah ekonomi dewasa ini kurang diperhatikan.

Pernyataan Wapres semakin menegaskan urgensinya peringatan yang kita sampaikan dalam ulasan ini.

No comments:

A r s i p