Saturday, March 15, 2008

PilPres 2009


Jangan Adu Pesona atau Simbol tapi Program
Sabtu, 15 Maret 2008 | 00:21 WIB

Jakarta, Kompas - Pada Pemilu Presiden 2009 para kandidat hendaknya tidak hanya adu pesona atau simbol-simbol lagi, mereka juga harus berlomba menawarkan rumusan program yang konkret untuk memperbaiki bangsa secara menyeluruh.

Pandangan itu mengemuka dalam diskusi ”Kompromi Syarat- syarat Capres dalam RUU Pilpres” yang diadakan Wartawan Koordinatoriat DPR, Jumat (14/3).

Menurut Ketua F-Partai Persatuan Pembangunan Lukman Hakim Saifuddin, perdebatan pembahasan RUU Pemilu Presiden juga sebaiknya tidak terfokus pada persyaratan calon presiden, seperti harus sarjana, kesehatan, usia, tetapi juga harus menekankan adu program.

”Pasangan calon diharuskan mengajukan rumusan program lima tahunan yang dijabarkan dalam program tahunan, dan spesifik per sektor. Calon juga harus memaparkan sendiri secara dialogis, bukan hanya disiapkan tim sukses,” ucap Lukman.

Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam diskusi itu mengatakan, apabila dalam Undang-Undang Pemilu Presiden 2009 dibuka kemungkinan debat terbuka para kandidat, itu merupakan kemajuan besar. ”Publik bisa membandingkan dengan terang siapa yang paling layak dipilih,” ucapnya.

APBN alternatif

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang sudah memastikan mencalonkan kembali Megawati Soekarnoputri sudah menyiapkan berbagai program tandingan. ”Kami akan tawarkan APBN alternatif,” kata Wakil Sekjen PDI-P Sutradara Gintings.

Program itu, antara lain, belanja publik yang lebih besar dari belanja aparatur; adanya sistem jaminan sosial, dan tidak menjadikan sektor pelayanan publik sebagai sumber profit. Atas dasar itu, seorang presiden harus didukung parlemen yang kuat, kepala daerah, serta mampu mengendalikan birokrasi.

Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Priyo Budi Santoso sependapat, capres harus memiliki dukungan parlemen kuat. ”Siapa pun yang terpilih, dia tidak akan bisa bekerja tanpa didukung parlemen. Jenderal sekalipun kalau tidak didukung parlemen akan terengah-engah,” tegasnya.

Pengamat politik Fachri Ali mengapresiasi kesiapan PDI-P. Dia menduga untuk Pemilu 2009 masih merupakan pertarungan Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri. Tokoh muda belum punya cukup waktu menghadapi Pemilu 2009. Karena itu, dia mengajak media masa agar mulai sekarang menjaring calon-calon pemimpin yang bisa menjawab persoalan bangsa untuk disiapkan di Pemilu 2014. (sut)

No comments:

A r s i p