Thursday, March 13, 2008

SBY-JK Kalah Kalau Ada Calon Alternatif


Jumat, 8 Februari 2008 | 19:31 WIB

JAKARTA, JUMAT - Sinyal Partai Golkar akan mengusung kembali pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK) dalam Pilpres 2009 dinilai pengamat politik sebagai rencana rasional. Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Dr Sukardi Rinakit mengatakan, rencana itu memang masuk akal.

Menurut Sukardi, keduanya saling memerlukan. Dari sisi SBY, butuh partai besar. Sementara bagi partai Golkar, berat untuk menjagokan tokoh internal mereka yang bisa jadi nomor satu. Dan itu adalah SBY. "Dilihat dari titik itu, SBY-JK memang pilihan rasional. Tidak jelek. Sejauh keduanya bisa bersinergi lebih baik dari yang sekarang. Dan sejauh belum ada calon lain," kata Sukardi Rinakit di Jakarta, Jumat (8/2).

Namun, lanjut Sukardi, jika SBY-JK tetap dipasangkan, pasangan itu tidak akan sekuat pada Pilpres 2004 lalu. Sukardi menilai, jika ada calon figur alternatif potensial yang maju, baik yang nomor satu (capres) atau dua (cawapres), SBY-JK bisa kalah.

"Tren turun itu normal, karena sulit seseorang yang berkuasa memenuhi harapan publik sepenuhnya. Trennya pasti turun. Nah, kalau tren turun itu bisa diisi oleh calon alternatif, yah itu lawan yang paling tangguh bagi SBY-JK," lanjut pria berkumis ini.

Siapa calon alternatif potensial yang bisa melebihi pamor SBY-JK itu? Pria berpembawaan kalem ini mengatakan, ada beberapa skenario. Diantaranya, kalau kandidat presidennya tetap yang itu-itu saja, maka figur alternatif bisa di posisi cawapres. Dan wapres inilah yang akan bisa menentukan kemenangan. Sebab, kata dia, capres yang ada, nilainya itu sama semua. Tidak ada capres yang memiliki nilai jauh lebih bagus dibanding capres lainnya.

"Ambil contoh, mbak Mega atau pak Wiranto nanti menggandeng wapresnya menarik di mata rakyat, itu akan lain ceritanya. Jadi misalnya, pak SBY-JK tetap seperti sekarang, dan ternyata tiba-tiba mbak Mega atau pak Wiranto cawapresnya menarik, mereka bisa menang karena cawapresnya itu yang menentukan," jelas Sukardi.

Tapi, lanjut dia, ancaman terbesar bagi SBY-JK adalah jika ada capres alternatif potensial yang muncul. Menurutnya, saat ini, calon alternatif yang baru untuk RI 1 hanya Sutiyoso dan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Nama terakhir menjadi lebih potensial karena memiliki track record bagus di mata rakyat. Itupun dengan catatan, keduanya mendapatkan kendaraan (parpol) yang mengusung mereka untuk maju bertarung ke Pilpres.

"Nah, katakanlah mereka punya kendaraan, terutama Sultan, menurut saya beliau akan menang jika bertempur dengan SBY-JK, terlepas dari siapapun wakilnya. Atau, jika capres lainnya bisa membujuk Sri Sultan sebagai cawapres, juga berpeluang besar menang. Tapi, sejauh calon alternatif menarik itu tidak ada, SBY-JK akan tetap menang," ujar Sukardi.

Namun, Sukardi menilai, pernyataan Muladi itu belum menjadi harga mati. Masih bisa berubah. Terutama jika nantinya Partai Golkar tampil sebagai pemenang dalam pemilu legislatif. Bisa jadi, Partai Golkar akan memajukan calonnya sendiri. Dan sangat mungkin itu Jusuf kalla. "Menurut saya belum bisa diprediksi. Kemungkinannya sangat cair. Artinya, kemungkinan berubah bisa, tapi kemungkinan tidak berubah juga bisa. Tapi yang pasti, yang paling aman bagi pak SBY adalah lewat Partai Golkar. Kalau itu rasionalnya iya," tegas dia.

Sukardi juga tidak memasukkan keluarga Cendana sebagai calon alternatif. Menurutnya, masih terlalu cepat jika anak-anak mantan presiden Soeharto akan ikut maju dalam Pilpres. Meski, masyarakat banyak yang simpati kepada mereka saat meninggalnya Soeharto pada 27 Januari lalu. "Belum, belum, menurut saya itu terlalu cepat," ucap dia. (Persda Network/had)

No comments:

A r s i p