Monday, March 17, 2008

Sultan Enggan Komentari Lagi Manuver Politiknya

Senin, 17 Maret 2008 | 01:09 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyatakan sudah cukup memberi komentar terkait dengan pernyataannya bahwa Orasi Budaya 7 April 2007 merupakan sebuah manuver politik. ”Tidak usahlah. Tidak usah komentar lagi. Komentar saya sudah cukup,” kata Sultan, Sabtu (15/3), seusai peluncuran buku terbarunya Merajut Kembali Keindonesiaan Kita di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Menurut Sultan, ia tidak perlu lagi menanggapi komentar berbagai kalangan terkait manuver politik yang dilakukannya.

Tanggal 9 Maret lalu Sultan mengatakan, pernyataan ketidaksediaannya menjabat gubernur dalam Orasi Budaya 7 April 2007 merupakan sebuah manuver politik yang sengaja dilontarkan agar segera ada kejelasan dari pemerintah pusat tentang Undang-Undang Keistimewaan (UUK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menanggapi pernyataannya itu, sejumlah kalangan berpendapat, manuver politik tersebut sepatutnya dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab Sultan menjaga keistimewaan DIY, sekaligus sebagai bagian dari proses diplomasi mewujudkan UUK DIY. Sementara itu, sejumlah kalangan yang lain berpendapat, manuver tersebut justru membuat bingung masyarakat.

Meski ada pro-kontra tentang pernyataan Sultan, tetapi fakta menunjukkan, sejak itu sejumlah unjuk rasa damai sering dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Bahkan, DPD Partai Golkar DIY menyebarkan 2,5 juta angket untuk menanyakan pendapat masyarakat tentang keistimewaan DIY, apakah mereka setuju penetapan Sultan sebagai gubernur DIY atau tidak. Aspirasi masyarakat yang tercermin dari hasil angket itu rencananya akan diserahkan ke Sultan.

Ketua DPD Partai Golkar DIY Gandung Pardiman mengatakan, jika nanti Sultan tidak mau mendengar aspirasi tersebut, berarti Sultan egois. Namun, ia percaya Sultan tidak egois.

Ditanya soal aspirasi melalui angket tersebut, Sultan enggan mengomentarinya. Ia hanya berujar, sebaiknya seluruh pihak tidak tergesa-gesa bertindak. ”Kita lihat nanti sajalah. Tidak usah sekarang. Jangan tergesa-gesa. Ikuti saja arus perkembangan (RUUK DIY),” ujarnya.

Sultan juga menolak pendapat bahwa peluncuran buku yang dilakukannya Sabtu lalu merupakan upaya lain untuk menggugah keseriusan pemerintah pusat menuntaskan pengesahan RUUK DIY. ”Tidak ada hubungannya. Ini ya cuma buku saja, kumpulan tulisan-tulisan yang ada,” katanya, seraya menambahkan, peluncuran buku itu juga tidak ada hubungannya dengan pencalonannya sebagai presiden pada Pemilu 2009. (DYA/PRA)

No comments:

A r s i p