Thursday, March 13, 2008

Peluang Capres 2009


Pemilihan umum (pemilu) pemilihan presiden (pilpres) secara langsung akan dilaksanakan pada 2009. Perhelatan yang diperkirakan melibatkan sekira 140-150 juta masyarakat ini adalah perhelatan akbar.

Ada dua skenario pada kegiatan tersebut, terlaksana aman atau terlaksana tidak aman. Ini yang harus dipikirkan dan diantisipasi mulai kini oleh pemerintah dan instansi yang mengawaki keamanan. Suhu politik pada 2008 ini jelas mulai menghangat-sebagai pengganti kata memanas yang agak terlalu ekstrem.

Beberapa tokoh mulai mengenalkan diri dengan berbagai cara agar dikenal masyarakat. Kedua kegiatan tersebut (pemilu dan pilpres) saling berkait, tetapi bisa juga agak tidak terkait. Calon dari partai yang perolehan suaranya dalam pemilu dominan belum menjamin akan mampu memenangkan pilpres.

Tidak bisa dibayangkan bagaimana koalisi PDIP dengan Partai Golkar sebagai pemenang pertama dan kedua pemilu, calonnya kalah dalam putaran kedua oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pilpres 2004. SBY adalah calon dari partai baru yang didukung beberapa partai dengan perolehan pas-pasan.

Pemilu 2004 adalah pembelajaran bagi partai-partai politik untuk perbaikan langkah ke depan dalam memenangkan pemilu. Memenangkan calonnya menjadi presiden dan terakhir mengatur negara. Jadi, bagaimana kita melihat 2009? Sebagai negara yang menggunakan sistem demokrasi, partai politik adalah syarat mutlak dalam upaya merebut kekuasaan.

Membangun pemerintahan sebuah negara, seperti membangun sebuah mal, didalamnya minimal harus terdapat dua anker (jangkar) berupa supermarket atau toko serba ada di dua sisi yang berbeda. Di negara kita, kini terdapat dua partai anker, yaitu Golkar dan PDIP. Konstituen kedua partai tersebut sudah demikian mengakar, solid, fanatik, dan loyal.

Dalam berpartai, ada alasan tertentu seseorang menentukan dan memilih partainya. Karena dia seorang nasionalis, agamais, liberalis, demokratis, atau alasan lainnya. Jadi, kedua anker tersebut akan tenang saja menghadapi Pemilu 2009, selama pimpinan partai tidak membuat langkah fatal yang mencederai hati konstituennya.

Sementara partai-partai lain adalah seperti toko-toko lain di mal, mencoba menarik pelanggan dengan iklan menarik. Walau, ada beberapa toko yang sudah terkenal dan cukup banyak punya pelanggan khusus. PPP, PKB, PKS, PAN sudah mempunyai massa tersendiri di kalangan umat Islam. Bagaimana peluang partai lainnya? Partai Demokrat adalah partai baru yang khusus.

Didirikan sebelum Pemilu 2004, partai ini mendadak besar karena ada nama besar di dalamnya. Tidak dapat dimungkiri, Demokrat mendapat konstituen karena karisma SBY. Konstituen tidak memilih partai ini sebagai partai apa, kecuali karena partainya SBY. Hal ini lantaran budaya paternalistik masih besar pengaruhnya di Indonesia.

Perolehan suara partai Demokrat pada Pemilu 2009 masih akan sangat ditentukan oleh citra SBY setahun ke depan, inilah kuncinya. Siapa yang mengatur politik di Indonesia? Jelas kedua anker tersebut. DPR dikuasai Golkar dan PDIP, pengambilan keputusan pada sistem demokrasi terakhirnya adalah voting. Jadi, siapa yang akan menang apabila keduanya bersatu.

Keduanya dapat mengatur produk RUU dengan dilandasi kepentingan dan strategi masing-masing. Yang lain-lain boleh berteriak dan protes, tetapi ternyata RUU Pemilu sudah disahkan DPR sesuai keinginan keduanya. Inilah yang disebut kelihaian dan kekuatan pengurus partai mapan. Bagaimana dengan peluang Pilpres 2009?

Yang harus dicermati dalam pilpres, di antaranya, parpol dapat mengajukan calon presiden (capres) apabila perolehan kursi parpol atau gabungan parpol di DPR (15%, 25% atau 30%), tergantung hasil RUU Pilpres yang baru akan dibahas bulan Maret 2008 ini. Kelihatannya konsep Partai Golkar (30%) dan PDIP (25%) akan tercapai di angka 25%.

Mengacu pada hasil Pemilu 2004, apabila Partai Golkar dan PDIP berkoalisi, keduanya sudah mengantongi sekitar 40,11%. Apabila PAN, PD, PBB, PKPI, PPP bergabung, angkanya akan berkisar 25,1%. Di sinilah kehebatan pemikiran kedua partai anker tersebut, persentase partai pengusung capres 2004, Partai Golkar 21,58%, PDIP 18,53%, PAN 6,44%, koalisi PD, PBB,PKPI 11,31%, PPP 8,15%.

Skenario (dari syarat 25%) apabila Partai Golkar berdiri sendiri hanya butuh tambahan 3,5%, PDIP 6,5%, sementara PD membutuhkan 13,7%. PAN butuh 18,4%, PPP butuh 16,85%. Memang angka di atas adalah data 2004, akan tetapi kelihatannya pergeseran hasil Pemilu 2009 tidak akan terlalu signifikan. Bagaimana peluangnya? PDIP jelas sudah mencalonkan Megawati.

Karisma Mega masih sangat kuat. Terlihat dari beberapa hasil survei, dia mempunyai peluang memenangi pilpres. Saingan utamanya adalah SBY. Apabila SBY memiliki peluang maju, berarti SBY-lah pesaingnya yang paling berbahaya. Daya tarik SBY masih besar, hingga kini terlihat masih unggul dalam beberapa survei. Akan lebih baik apabila PDIP mengambil calon wakil presiden dari Golkar atau mantan TNI.

Golkar sebagai partai anker, memiliki nilai tawar yang sangat kuat, belum ada capres potensialnya. Dari hasil survei, JK hanya unggul sebagai calon wakil presiden, agak riskan apabila maju sebagai capres. Golkar sebaiknya lebih realistis, pada 2004 calonnya tidak mampu masuk putaran kedua. Apabila kini head to head, capres Partai Golkar dengan capres PDIP, besar kemungkinan Golkar akan kalah.

Gambaran kalahnya calon Golkar dalam pemilihan-pemilihan kepala daerah dari calon PDIP di beberapa daerah adalah salah satu indikasinya. Langkah terbaiknya adalah pertama berkoalisi dengan PDIP sebagai calon wakil presiden, kemudian setelah pemerintahan terbentuk, JK berperan sebagai perdana menteri, Mega sebagai presiden.

Alternatif kedua berkoalisi dengan Partai Demokrat, dengan nilai tawar yang tinggi, baik legislatif maupun eksekutif akan dapat dikuasainya. PD sebaiknya harus lebih hati-hati menyikapi perkembangan politik terakhir. Apabila syarat menjadi 25%, PD pecah kongsi dengan Golkar, posisi PD akan berat.

Mungkin PPP adalah salah satu alternatif terbaik sebagai partner koalisi. Kekurangannya mungkin bisa didapat apabila PKS mau berkoalisi. PD sebaiknya tidak over-confident, pengurusnya kadang membuat pernyataan yang terlalu keras. Artinya, harus agak berbaik-baik kepada partner potensialnya, Golkar. Elite partainya harus lebih wise. Bisa saja Golkar berpaling muka seperti yang terjadi dalam kasus RUU Pemilu.

Bagaimana calon lainnya? PAN, bila ingin maju, harus berkoalisi dengan beberapa partai. Demikian juga PKB dan PPP. Terus bagaimana peluang mantan Panglima TNI Wiranto? Sri Sultan? Sutiyoso? Hidayat Nur Wahid? Prabowo? Partai Hanura masih belum teruji karena baru pertama mengikuti pemilu, harus menunggu hasil Pemilu 2009.

Apabila hasilnya baik, peluang Wiranto akan cukup baik. Apabila diputuskan batas 25%, kelihatannya agak berat. Peluang Sri Sultan akan sangat tergantung pada pengurus Partai Golkar. Sutiyoso sebaiknya maju sebagai calon wakil presiden dari calon presiden sipil. Peluang maju Prabowo kemungkinan terbaiknya tetap bergabung dengan Golkar. Demikian juga peluang dari Hidayat Nur Wahid.

Sebagai calon presiden, Hidayat kurang potensial. Mungkin dengan membawa suara PKS, dapat menjadi calon wakil presidennya SBY. Demikian sedikit gambaran dinamika politik pada 2008. Waktu menuju ke pemilu dan pilpres masih sekitar setahun lagi. Masih banyak kemungkinan yang akan terjadi. Partai-partai sebaiknya jangan hanya terpaku menunggu hasil Pemilu 2009.

Dengan mempelajari masa lalu dan masa kini, akan dapat diramalkan masa mendatang. Kuncinya, jika parpol dapat menguasai ruang dan waktu, momentum dan inisiatif akan berada di pihaknya sehingga sasaran partai ataupun kemenangan akan dapat digenggamnya. Inilah fase yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya upayanya merebut kekuasaan. (*)

Prayitno Ramelan
Analis Lembaga Indset

No comments:

A r s i p